Rabu, 21 April 2010

BAHAN PA BULAN APRIL 2010- Revisi

BACAAN : KEJADIAN 2

DASAR KELUARGA KRISTEN ( YANG HARMONIS)

Keluarga adalah sebuah organisasi pertama yang dibentuk oleh Allah, sehingga keluarga menjadi awal dari segala sesuatu. Ketika Allah melihat Adam sendiri, maka Allah mengatakan bahwa tidak baik apabila ia sendirian saja (Kejadian 2:18). Maka Allah pun menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, membawa Hawa kepada Adam dan menyatukan keduanya dalam sebuah hubungan yang suci (Kejadian 2:21-23).
Pertemuan Adam dan Hawa menjadi suatu peristiwa yang penting dalam sejarah kehidupan organisasi pertama di bumi ini. Merekapun diberkati Tuhan untuk menjadi satu keluarga (Kejadian 1:28). Keluarga baru itupun berdiri dengan prinsip abadi di segala zaman, yaitu bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu membentuk keluarga baru dengan istrinya (Kejadian 2:24), dan hidup dalam keintiman dan keakraban (Kejadian 2:25). Terwujudnya Ikatan lahir dan ikatan batin tanpa adanya paksaan tetapi berdasarkan hubungan cinta kasih antara suami dan istri.
Ikatan lahir dan batin antara Adam dan Hawa inilah merupakan prinsip dan dasar terwujudnya Keluarga Kristen yang diawali dengan sebuah pernikahan dengan memahami bahwa:
1. Perkawinan adalah antara seorang pria dan wanita (Kejadian 1:26-28).
Dengan kata lain, prinsip perkawinan Kristen adalah perkawinan satu laki-laki dan satu perempuan sejak dari awal dunia. Karena itu, kekristenan menolak dengan tegas segala bentuk poligami, poliandri maupun perceraian. Sebab, perkawinan merupakan kehendak dan rancangan dari Allah sendiri (Markus 10:6-9; 1 Korintus 7:10-11).
2. Perkawinan Awal adanya Keluarga Kristen yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang mandiri (Kejadian 2:24).
Setiap pasangan sebaiknya memisahkan diri dari keluarga besarnya dan membentuk keluarganya sendiri. “Memisahkan” bukan hanya tentang perubahan tempat, melainkan lebih tentang perubahan prioritas-prioritas dan kewajiban-kewajiban. Kewajiban utama seorang suami tidak lagi kepada orang tuanya, tetapi beralih kepada istrinya. Maksudnya, istrinya harus didahulukan daripada ibu dan ayahnya. Laki-laki harus menempatkan istrinya sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Bahkan ketika mereka dikarunia anak, istri harus tetap menjadi yang terutama, baru setelah itu anak-anak. Prinsip yang sama juga berlaku bagi seorang istri. Ia harus mendahulukan suaminya melebihi keluarganya sendiri.
3. “Menjadi satu daging”
Memberi makna bahwa hubungan laki-laki dan perempuan sebagai satu daging berbeda dari hubungan orang tua dan anak. Menjadi satu daging berarti “bersatu, atau melekat, dengan isterinya”. Maksudnya, mengacu pada hubungan yang tetap dan permanen tak terpisahkan antara suami dan istri dalam segala hal, baik aspek keintiman, seksual, komunikasi, keuangan dsb.
4. Perkawinan merupakan relasi yang sepadan (Kejadian 2:18)
Sejak awal dunia, Allah telah menetapkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang sederajat, seimbang dan sepadan. Hawa tidak diciptakan lebih rendah kedudukannya daripada Adam. Hawa justru menjadi penolong bagi Adam. Prinsip ini harus direnungkan dalam-dalam. Meskipun mungkin seorang pria kedudukannya lebih tinggi dari istri, lebih kaya dan sebagainya, namun Allah menuntut bahwa ia harus menghargai istrinya sebagai pasangan yang sepadan ( Amsal 18:22; Pengkotbah 4:9).
5. Perkawinan sampai maut memisahkan (Roma 7:2)
Ajaran Kristen dengan tegas mengatakan bahwa perkawinan hanya dapat berakhir saat salah satu pasangan meninggal dunia. Artinya, firman Tuhan menyatakan bahwa perkawinan Kristen adalah perkawinan yang berlangsung seumur hidup sampai maut memisahkan.

TERWUJUDNYA KELUARGA KRISTEN

Setidaknya ada tiga unsur dalam membangun keluarga, yaitu: keluarga harus dibangun atas dasar Komitmen, Cinta Kasih dan Komunikasi yang sehat. Alasannya adalah:
Keluarga tanpa komitmen rawan terhadap pengkhianatan.
Keluarga tanpa komunikasi mudah retak dan bertengkar.
Keluarga tanpa kehangatan cinta kasih rawan terhadap perselingkuhan.

Oleh sebab itu, setiap pasangan harus memperjuangan perkawinannya dengan sungguh-sungguh mengisi rumah tangganya dengan ketiga pokok tersebut. Bangunlah komunikasi yang jelas dan transparan antara suami istri. Hiduplah dalam kasih sayang dan cinta yang bergairah antara suami-istri. Hiduplah dalam komitmen bahwa perkawinan adalah ikatan seumur hidup yang harus dihormati. Maka, sebesar apapun gelombang dan arus kehidupan menerpa, keluarga Kristen yang dibentuk akan tetap tahan menghadapinya. Jadikanlah Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan keluarga, beribadahlah dengan sungguh dan setia maka Dia akan memberkati keluarga yang kita bangun (Ulangan 28:1-14).