Bacaan: Efesus 4:
17-32
Tidak
akan bisa ditunda lagi akan kebutuhan yang mendesak tentang pertumbuhan
spiritualitas seseorang pada masa-masa sekarang ini. Masa dimana semua orang
untuk senantiasa menjaga dan menahan diri dari banyak tawaran dunia yang
terlihat menarik dan memikat hati. Sudah saatnya untuk mengejar sasaran
terhadap apa yang Tuhan rencanakan dan sedang dikerjakan-Nya pada saat yang
menentukan ini. Sebuah pengejaran hati sebagai pusat nilai diri untuk segera
memahami sekaligus menghayati apa yang Tuhan sukai dan rindukan, bahkan
mengerti apa yang mengganggu hati-Nya. Tuhan seringkali mencelikkan mata hati
kita untuk mampu membedakan mana yang
baik dan benar. Itu berarti bahwa hati sebagai penentu arah perjalanan hidup
seseorang, sehingga siapa yang ingin “memperbesar” hidupnya, ia harus
“memperbesar” hatinya terlebih dahulu.
Perikop
bacaan pada hari ini, kembali hati kita teruji ketajamannya untuk melihat dan
sekaligus menyikapi terhadap mereka; yang tidak mengenal Allah, yang jauh dari
hidup persekutuan dengan Allah, yang menyerahkan diri kepada hawa nafsu, yang
berdusta, yang mencuri, yang memendam kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah. Saatnya kita bersedia digiring melalui perikop ini untuk
melihat hati kita masing-masing. Untuk melihat perbedaan mereka yang tidak
mengenal Allah dengan mereka yang sudah secara utuh dalam hidupnya sebagai
manusia baru bentukan Tuhan. Sudah saatnya kita menolak untuk mengikuti mereka
yang berjalan dengan membuat jalan sendiri, mereka yang mengatur kehidupan
berdasarkan diri-sendiri dan melakukan segala sesuatu berdasarkan diri-sendiri.
Allah
telah memiliki catatan mengenai kualitas dan kapasitas hati kita, apakah hati
kita telah menjadi arah hidup untuk menjadikan kita sebagai manusia baru yang
telah menanggalkan manusia lama atau belum. Sesungguhnya kita telah mati dan
bangkit bersama Kristus, itu berarti manusia lama kita telah disalibkan
dengan-Nya dan berada dalam kehidupan manusia baru. Mengenakan manusia baru di
dalam Kristus berarti kita telah dipersatukan dengan-Nya, diciptakan menurut
kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Pada
akhirnya, biarlah bisikan Roh Kudus yang terdengar merdu di telinga dan
menerobos ke dalam hati kita yang begini “Aku akan mencarimu terus dan kamu
akan mendapatkan Aku” senantiasa menjadi kekuatan hidup kita. Bisikan itu
adalah petanda sikap keterdesakan Allah untuk membawa kita kedalam ruang yang
intim dan akrab yang dirindukan-Nya. Oleh karenanya, marilah menghiasi hidup
dalam panggilan dan pelayanan yang telah diberikan Tuhan dengan sikap dan
tindakan yang membangun. Tidak akan pernah menyia-siakan kesempatan yang disediakan
Tuhan dan terus bekerja di ladang-Nya dengan penuh sukacita dan syukur.
Tuhan memberkati
kita.