BACAAN : LUKAS 15: 1-10
(yohanes didik)
Seringkali kita mendengar nasehat orangtua kepada
anaknya supaya menjauh dari orang atau kelompok yang dianggap tidak baik,
karena jika tidak memiliki kekuatan iman akan menjadi sama dengan mereka.
Nasehat itu tidak bisa disalahkan, karena memang banyak cerita yang menunjukkan
kebenaran akan pendapat tersebut. Namun permasalahannya adalah bagaimana
kemudian orang-orang yang dianggap jahat itu berubah menjadi baik. Demikian
juga bagaimana kita memiliki kekuatan iman supaya tidak terpengaruh dengan
hal-hal yang tidak baik. Bacaan kita hari ini mengingatkan kita bagaimana kita
bersikap dengan meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap orang
yang dianggap berdosa.
Sikap Tuhan Yesus yang sangat luar biasa adalah dalam
memperlakukan orang-orang yang dianggap lemah dan berdosa. Lebih dari pada itu
Tuhan Yesus juga bersedia untuk makan bersama-sama dengan mereka. Padahal dalam
tradisi orang Yahudi, seorang yang baik tidak dibenarkan untuk makan bersama
dengan orang yang dianggap berdosa. Sebab makna dari tindakan makan bersama
merupakan bentuk persekutuan yang memiliki hubungan erat dengan orang-orang
yang duduk di sekitarnya. Sehingga ketika Tuhan Yesus bersedia duduk untuk
makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, Yesus dianggap oleh
telah memposisikan diri sebagai bagian dari kehidupan para pemungut cukai dan
orang berdosa. Itu sebabnya orang orang Farisi dan ahli-ahli Taurat segera
menunjukkan sikap menentang. Inilah letak perbedaan sikap antara Tuhan Yesus
dengan para pemimpin agama Yahudi pada waktu itu. Mereka lebih cenderung
menjaga kesucian dan kesalehan mereka dengan menjauhi orang-orang yang dianggap
berdosa. Sedangkan Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat mereka agar mereka memiliki
kasih dan dan mendapat pengampunan dari
Tuhan.
Untuk menjelaskan bagaimana sikap Allah yang mengasihi
setiap orang yang berdosa, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang
gembala yang mau mencari seekor anak domba dengan meninggalkan sembilan puluh
sembilan ekor dombanya. Perumpamaan Tuhan Yesus tersebut merupakan gambaran
dari kehidupan para gembala domba pada zamannya. Mereka bersedia mencari di
tempat-tempat yang cukup jauh dan sulit. Mereka hanya mau pulang apabila mereka
telah berhasil membawa kambing atau dombanya yang hilang. Sikap para gembala
tersebut dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan sikap kasih Allah yang
terus-menerus mencari setiap umatNya yang hilang dan tersesat. Allah memandang
semua umatNya begitu berharga, bahkan ketika umatnya jatuh di dalam dosa, Allah
tetap memandang berharga sehingga tetap dicari dan diselamatkan.
Hari ini kita disadarkan lagi, bahwa Allah mengasihi
kita, bukan ketika kita baik, benar saja. Tetapi Allah di dalam Kristus sangat
mengasihi kita justru ketika kita berdosa dan lemah. Allah di dalam Kristus
adalah Allah yang penuh anugerah. Dia mencintai orang berdosa agar mereka
selamat dan memperoleh hidup yang kekal. Itu sebabnya mereka yang telah
diampuni oleh Allah seharusnya terpanggil pula untuk mengabarkan kasih dan
pengampunan Allah kepada sesamanya yang masih belum mengenalNya.
Dalam praktek hidup ternyata tidaklah mudah untuk menerapkan
tindakan kasih Allah yang senantiasa mencari dan menyelamatkan sesama yang
hilang atau tersesat. Karena ketika kita bergaul, kita juga dapat jatuh dalam
sikap yang kompromistis dengan membenarkan tindakan mereka yang tidak terpuji
itu. Marilah kita seperti Kristus yang memiliki kasih dengan mau peduli mencari
dan menyelamatkan sesama di sekitar kita yang tersesat dengan tetap menjaga
integritas dan kesetiaan iman kita kepada Tuhan Yesus.Amin.