BACAAN : KELUARAN 12:
21-27
(yohanes didik)
"tidak memperhitungkan segala dosa"
Kebutuhan manusia selain makan dan minum
adalah kebutuhan mendapatkan rasa aman dalam hidupnya, aman dari bahaya, aman
dari ketidaksejahteraan dan sebagainya.Terlebih manusia merasa aman ketika
terbebas dari kematiannya, maka itu akan dikenang sepanjang hidupnya bahkan
dapat diceritakan kepada anak keturunannya sebagai peristiwa yang merupakan
cerita rantai yang tidak pernah putus yang dijadikan bahan cerita turun temurun
dengan beragam maksud dan tujuan. Namun biasanya itu menjadi bagian ucapan
syukur atas perhatian sang pencipta dan perlindungan yang diberikannya. Hal itu
menunjukkan bahwa manusia sangat memahami jika rasa aman itu hanya dapat
diperoleh dari Tuhan, sehingga rasa aman sebenarnya memiliki arti bahwa manusia
menginginkan kehidupannya senantiasa dalam perlindungan Tuhan.Kehidupan yang
tidak pernah kawatir akan kekurangan dan senantiasa aman dari segala ancaman
dunia, baik ancaman fisik maupun psikis yang sering melanda kehidupan manusia.
Bacaan hari ini mengingatkan kepada kita
dan sekaligus memperlihatkan kepada kita bahwa bangsa pilihan Allah yaitu
bangsa Israel mendapatkan rasa amannya dari Tuhan dengan cara mematuhi segala
perintah yang diberikan Allah kepada mereka.Peristiwa terhindarnya maut atas
anak keturunannya itu menjadikannyasebagai perayaaan ucapan syukur yang
senantiasa dilakukan sebagaitradisi mereka dan mewariskannya kepada anak cucu
mereka untuk menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhannya
kepada Allah. Perayaan atas peristiswa itu kemudian dikenal dengan Paskah,
berasal dari kata “Pesakh” yang artinya “melewati”, sebuah karya penyelamatan
Allah bagi bangsa pilihannya. Bangsa Israel sendiri memahaminya sebagai sebuah
pengakuan akan otoritas Allah bagi bangsa pilihanNya dan menjadi peristiwa iman
yang tidak pernah dilupakan untuk dicatat sebagai sejarah bangsa Israel bahkan
menjadi peristiwa besar bagi semua orang percaya seluruh dunia di segala zaman
sekalipun.
Karya besar Allah ini adalah bukti nyata
betapa Ia tidak hanya menunjukkan kepedulianNya kepada bangsa pilihannya saja
tetapi dibalik itu, Allah ingin meruntuhkan tembok perbudakan sehingga
memunculkan rasa keadilan dan kemerdekaan untuk menikmati “kasih Allah” dimana
Allah tidak pernah memperhitungkan segala dosa bangsa pilihanNya itu karena
dalam setiap karya penyelamatan yang dilakukan dilandasi dengan belas kasih
pengampunanNya. Itulah sebabnya, bangsa Israel hendaknya merespon keinginan
Allah itu dengan senantiasa memegang karya Allah ini sebagai ketetapan sampai
selama-lamanya dan menjadikannya sebagai “ibadah” yang harus dipeliharanya.
(ayat 24, 25).
Bagaimana dengan kita yang juga
merupakan sasaran kasih Allah sebagai umat pilihanNya?Kita bersyukur karena senantiasa
mendapatkan rasa aman dalam setiap sisi kehidupan, selalu dipedulikan dengan
pertolonganNya untuk terlepas dari segala penderitaan dunia, mendapatkan
keadilan untuk dimerdekakan dari perlakuan dunia yang penuh ketimpangan dan
lebih daripada itu betapa Allah senantiasa mengampuni dari segala bentuk dosa
kita. Seperti halnya bangsa Israel, demikian hendaknya kita senantiasa memegang
kebaikan Tuhan sebagai ketetapan dan dipelihara sebagai “ibadah” dalam
kehidupan kita.
Wujud dari kebaikan Tuhan yang
senantiasa kita jadikan ibadah, maka ada pemahaman bahwa karya Allah yang telah
terlebih dahulu diberikan kepada kita ini, harus diterapkan ditengah-tengah
kehidupan dengan sesama ciptaan Tuhan. Kasih Allah dipakai sebagai landasan
kita untuk melakukan tindakan peduli terhadap sesama yang menderita atas
perlakuan jahat dunia yang diterimanya. Kasih Allah juga menunjukkan kepada
kita untuk senantiassa mengampuni segala kesalahan sesama dan belajar untuk
melupakannya.
Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa
seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi
kebiasaan, pola pikir, perilaku, gaya hidup, atau gaya berinteraksi dan berbagai
macam perubahan realitas sosial. Namun perubahan itu tidak akan pernah merubah
diri kita menjadi sama seperti dunia. Seharusnya kita melakukan hal yang lebih
dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan sebagai anak Allah dengan
meningkatkan solidaritas kehidupan berdasarkan potensi yang telah Allah telah
berikan kepada kita. Kekuatan solidaritas yang terbangun kita yakini bahwa
dunia akan “terlewati” dari segala bentuk kejahatan dan kelaliman, dengan
demikian kerajaan Allah segera terwujud di dunia. Selamat menyongsong Paskah. Tuhan
Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar