Senin, 28 Maret 2016

BACAAN : KELUARAN 12: 21-27
(yohanes didik)

"tidak memperhitungkan segala dosa"

Kebutuhan manusia selain makan dan minum adalah kebutuhan mendapatkan rasa aman dalam hidupnya, aman dari bahaya, aman dari ketidaksejahteraan dan sebagainya.Terlebih manusia merasa aman ketika terbebas dari kematiannya, maka itu akan dikenang sepanjang hidupnya bahkan dapat diceritakan kepada anak keturunannya sebagai peristiwa yang merupakan cerita rantai yang tidak pernah putus yang dijadikan bahan cerita turun temurun dengan beragam maksud dan tujuan. Namun biasanya itu menjadi bagian ucapan syukur atas perhatian sang pencipta dan perlindungan yang diberikannya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sangat memahami jika rasa aman itu hanya dapat diperoleh dari Tuhan, sehingga rasa aman sebenarnya memiliki arti bahwa manusia menginginkan kehidupannya senantiasa dalam perlindungan Tuhan.Kehidupan yang tidak pernah kawatir akan kekurangan dan senantiasa aman dari segala ancaman dunia, baik ancaman fisik maupun psikis yang sering melanda kehidupan manusia.
Bacaan hari ini mengingatkan kepada kita dan sekaligus memperlihatkan kepada kita bahwa bangsa pilihan Allah yaitu bangsa Israel mendapatkan rasa amannya dari Tuhan dengan cara mematuhi segala perintah yang diberikan Allah kepada mereka.Peristiwa terhindarnya maut atas anak keturunannya itu menjadikannyasebagai perayaaan ucapan syukur yang senantiasa dilakukan sebagaitradisi mereka dan mewariskannya kepada anak cucu mereka untuk menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhannya kepada Allah. Perayaan atas peristiswa itu kemudian dikenal dengan Paskah, berasal dari kata “Pesakh” yang artinya “melewati”, sebuah karya penyelamatan Allah bagi bangsa pilihannya. Bangsa Israel sendiri memahaminya sebagai sebuah pengakuan akan otoritas Allah bagi bangsa pilihanNya dan menjadi peristiwa iman yang tidak pernah dilupakan untuk dicatat sebagai sejarah bangsa Israel bahkan menjadi peristiwa besar bagi semua orang percaya seluruh dunia di segala zaman sekalipun.
Karya besar Allah ini adalah bukti nyata betapa Ia tidak hanya menunjukkan kepedulianNya kepada bangsa pilihannya saja tetapi dibalik itu, Allah ingin meruntuhkan tembok perbudakan sehingga memunculkan rasa keadilan dan kemerdekaan untuk menikmati “kasih Allah” dimana Allah tidak pernah memperhitungkan segala dosa bangsa pilihanNya itu karena dalam setiap karya penyelamatan yang dilakukan dilandasi dengan belas kasih pengampunanNya. Itulah sebabnya, bangsa Israel hendaknya merespon keinginan Allah itu dengan senantiasa memegang karya Allah ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya dan menjadikannya sebagai “ibadah” yang harus dipeliharanya. (ayat 24, 25).
Bagaimana dengan kita yang juga merupakan sasaran kasih Allah sebagai umat pilihanNya?Kita bersyukur karena senantiasa mendapatkan rasa aman dalam setiap sisi kehidupan, selalu dipedulikan dengan pertolonganNya untuk terlepas dari segala penderitaan dunia, mendapatkan keadilan untuk dimerdekakan dari perlakuan dunia yang penuh ketimpangan dan lebih daripada itu betapa Allah senantiasa mengampuni dari segala bentuk dosa kita. Seperti halnya bangsa Israel, demikian hendaknya kita senantiasa memegang kebaikan Tuhan sebagai ketetapan dan dipelihara sebagai “ibadah” dalam kehidupan kita.
Wujud dari kebaikan Tuhan yang senantiasa kita jadikan ibadah, maka ada pemahaman bahwa karya Allah yang telah terlebih dahulu diberikan kepada kita ini, harus diterapkan ditengah-tengah kehidupan dengan sesama ciptaan Tuhan. Kasih Allah dipakai sebagai landasan kita untuk melakukan tindakan peduli terhadap sesama yang menderita atas perlakuan jahat dunia yang diterimanya. Kasih Allah juga menunjukkan kepada kita untuk senantiassa mengampuni segala kesalahan sesama dan belajar untuk melupakannya.
Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi kebiasaan, pola pikir, perilaku, gaya hidup, atau gaya berinteraksi dan berbagai macam perubahan realitas sosial. Namun perubahan itu tidak akan pernah merubah diri kita menjadi sama seperti dunia. Seharusnya kita melakukan hal yang lebih dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan sebagai anak Allah dengan meningkatkan solidaritas kehidupan berdasarkan potensi yang telah Allah telah berikan kepada kita. Kekuatan solidaritas yang terbangun kita yakini bahwa dunia akan “terlewati” dari segala bentuk kejahatan dan kelaliman, dengan demikian kerajaan Allah segera terwujud di dunia. Selamat menyongsong Paskah. Tuhan Yesus memberkati.

 Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar