Jumat, 12 Juni 2020

KASIH UNTUK SETIA


Bacaan  : Yohanes 14:15-31



Dalam Bacaan kita hari ini, Yesus memakai kata AKU untuk menghubungkan diri-Nya dengan hakekat Allah dan untuk menggambarkan apa yang telah Allah berikan kepada-Nya agar kemudian Ia lakukan bagi umat manusia. Yesus juga memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang yang menyediakan semua kebutuhan dan yang membawa pengenalan mengenai Allah kepada manusia. Yesus memiliki maksud bahwa diri-Nya sebagai jalan bagi manusia untuk bertemu dengan Allah dan menjadi umat Allah. Pada hakekatnya Yesus menunjukkan bahwa Ia sejak awal sudah ada dalam rencana Allah.
Yesus juga memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan mengirim Roh Kudus untuk menolong dan mengajarkan mereka segala sesuatu, serta mengingatkan akan apa yang telah Yesus ajarkan kepada mereka. Roh Kudus akan memperlihatkan apa yang benar dan memimpin mereka kedalam seluruh kebenaran. Karya Roh Kudus itulah yang membebaskan umat Allah yang baru serta mengubah kehidupan mereka, sehingga mereka mengalami damai sejahtera dan setia untuk taat kepada Allah. Dengan demikian melalui pekerjaan Roh Kudus, manusia memiliki kemampuan untuk memahami kehendak Allah, untuk hidup bersama dalam kasih, untuk melihat apa yang mereka dapatkan di masa depan dan untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan dan pelayanannya.
Perwujudan cinta kasih Allah tentunya memberi peluang yang baik bagi kita untuk senantiasa berperilaku setia membalas kasih-Nya, dengan memberikan segenap keberadaan hidup kita dikuasai dan dipimpin oleh Roh Kudus yang adalah Roh Allah. Kesadaran kita akan senantiasa terbangun jika kita dikuasai oleh-Nya. Disaat rintangan kehidupan yang seolah-olah akan melumpuhkan kita, muncullah pengalaman-pengalaman baru yang spektakuler dalam kehidupan kita betapa kekuatan yang tidak tampak dari Allah melindungi kita dan melenyapkan kendala-kendala tersebut.
Sesuatu yang tidak akan terlupakan kemudian adalah, bahwa kehadiran Roh Kudus yang senantiasa menciptakan damai sejahtera dan melindungi kita, merupakan tanda atau bukti bahwa suatu saat kelak kita akan berada bersama Yesus di rumah Bapa. Sementara kita menanti saatnya tiba, maka marilah kita berlandaskan kasih-Nya, kita tunjukkan kesetiaan  dengan memperlihatkan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.  
Amin.

SENANTIASA BERSYUKUR


Bacaan  : I Raja-Raja 8:54-65



Rasa syukur Salomo kepada Allah didasari oleh karena tidak satupun permohonan bangsa pilihan Allah yang tidak terpenuhi. Dengan selesainya pembangunan Bait Allah, terpenuhilah dua janji penting yang telah dibuat Allah dengan bangsa Israel. Pertama, janji kepada Daud bahwa putranya akan menjadi raja dan yang membangun Bait Allah. Kedua, Israel akan mengalami masa damai setelah menaklukkan Tanah Perjanjian dan mendirikan pusat peribadatan di tempat yang telah dipilih Allah. Keberadaan Bait Allah mempersatukan seluruh bangsa secara keagamaan, serta hal ini dianggap juga memperlihatkan keberhasilan Salomo dalam mempersatukan mereka secara politis. Sebagai ungkapan kerendahan hati Salomo, bahwa segala permintaan tidak semata-mata atas usaha sendiri terlebih untuk kepentingan pribadi. Memiliki arti juga bahwa segala doa dan pujian kepada Allah atas pemenuhan segala permohonan bisa diperlihatkan kepada bangsa Israel, dan segala bangsa bahwa Tuhanlah Allah, dan tidak ada yang lain. Dengan demikian bangsa Israel senantiasa berpaut kepada Tuhan, menurut segala ketetapan-Nya dengan sepenuh hati.
Catatan yang bisa kita pahami dalam kisah kehidupan Salomo ini, membuka mata hati kita bahwa penyertaan Allah berlaku abadi bagi yang dipilih-Nya. Pemenuhan janji-Nya tidak akan terlewati dalam setiap permintaan orang percaya. Namun yang perlu diingat kemudian adalah, bahwa pemenuhan berkat Allah itu harus dipahami bukan atas dasar usaha kita sendiri. Termasuk jangan merasa hanya diri-sendirilah yang diberkati Tuhan, yang lain belum tentu terberkati, sebab yang menetapkan itu Allah sendiri. Semua wujud berkat Allah juga hendaknya dipakai untuk kebahagiaan sesama, artinya ada tindakan berbagi dengan sesama sebagai wujud berbagi cinta kasih Tuhan dan menyaksikan bahwa Tuhanlah Allah.
Rasa syukur dalam wujud doa dan pujian, biarlah itu merupakan tindakan rutinitas keseharian kita sebagai wujud cara orang-orang percaya untuk memuliakan Tuhan, sehinga kita tidak akan terjebak memuliakan diri sendiri. Selamat untuk senantiasa bergantung kepada Tuhan supaya kita senantiasa hidup dalam lingkaran kuasa Tuhan yang penuh dengan pengharapan abadi.

Amin.

KESEDIHAN DAN SUKACITA


Bacaan : Yohanes 16:16-24



Ungkapan Tuhan Yesus yang terdengar; “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi, dan tinggal sesaat pula dan kamu akan melihat Aku” menjadi pergumulan diantara para murid-murid. Tuhan Yesus sepertinya memakai kalimat pertentangan ini sebagai cara untuk memahami sesuatu yang baru. Pada kalimat ini ada dua ungkapan yang saling bertentangan, “tidak melihat aku” dan “melihat aku”. Dua kondisi yang akan dialami para murid yang akan kehilangan Yesus, sosok yang mereka kasihi, namun mereka juga akan menemukan Yesus. Dilihat dari materi percakapan di tengah-tengah dinamika situasi dan kondisi pada saat itu, kelihatannya Yesus sedang mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang suatu makna perpisahan yang tidak biasa, seperti yang pernah mereka alami bersama dengan keluarga atau kerabat. Perpisahan itu biasanya bermakna kehilangan karena saling menjauh dan tidak bertemu lagi, dan peristiwa kehilangan menyebabkan kesedihan dan dukacita. Tetapi yang diungkapkan Yesus, menegaskan bahwa peristiwa perpisahan antara Yesus dan para murid-Nya itu bermakna bahwa mereka akan berpisah, namun segera bersatu. Mereka akan merasa kehilangan tetapi pada akhirnya merasa menemukan. Mereka akan mengalami dua kondisi yaitu kesedihan dan sukacita.
Pada konteks peristiwa ini, ada hal penting yang diajarkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Tuhan Yesus menjelaskan makna penderitaan yang akan dialaminya, bagaikan seorang ibu yang memang harus melahirkan dengan susah payah, tetapi kelak ketika anaknya sudah lahir penderitaannya itu segera lenyap, berganti sukacita besar. Sangatlah jelas kemudian bahwa, penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib, mendamaikan manusia dengan Allah, membawa uluran kasih Allah kepada orang-orang percaya. Tuhan Yesus tidak ingin membiarkan para murid menjadi gagal karena derita yang harus ditanggung-Nya, sebab pada saat puncak penderitaan Allah Bapa ada bersama-Nya. Tuhan Allah tetap ada pada saat tidak ada orang lain yang menemani Yesus. Relasi persekutuan ilahi antara Yesus dengan Allah Bapa, merangkul orang-orang percaya ke dalam penyatuan ilahi tersebut. Dengan percaya kepada kepada Kristus, Allah akan memberikan segala sesuatu yang kita minta dalam nama Yesus. Kita menjadi orang-orang yang akan menerima kasih Allah yang sesungguhnya secara langsung.
Amin.

BERBAGI ITU LEBIH BAIK


Bacaan  : Amsal 3:13-18



Seringkali kita mendengar dari banyak orang bahwa memberi adalah lebih baik daripada menerima. Namun perlu di waspadai dari arti memberi, supaya tidak didominasi dengan pemahaman bahwa yang diberikan hanyalah berasal dari yang dipunyainya. Alkitab mencatat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah memberi dan mengupasnya. Dari alkitab lah kemudian kita diingatkan bahwa beberapa alasan utama mengapa kita memberi. Diantaranya adalah; memberi berawal dari Tuhan, termasuk pengorbanan Sang Kristus adalah pemberian yang tidak akan pernah terbalaskan oleh manusia. Memberi adalah hukum yang Tuhan tetapkan. Disinilah kita harusnya sadar bahwa berkat yang ada dalam kehidupan kita, diberikan dengan cuma-cuma. Dan yang terakhir kita diingatkan bahwa memberi menghasilkan berkat, dimana di dalam proses memberi itu, kita menjadi saluran berkat. Disinilah sebenarnya memberi lebih tepat jika diartikan sebagai tindakan berbagi, karena semua sumber dan prosesnya bukan berasal dari kita melainkan dari Tuhan.
Bacaan kita hari ini sebenarnya adalah ayat-ayat pujian yang merangkum tentang manfaat hikmat yang berdampak terhadap panjang umur, kekayaan, kemuliaan, keamanan dan kebahagiaan bagi manusia yang memiliki dan menjaganya. Pohon kehidupan merupakan lambang berkat Tuhan. Dan mereka yang melaksanakan hukum Tuhan juga digambarkan sebagai pohon yang tumbuh di tepi aliran air. Pohon-pohon itu memiliki akar yang dalam sehingga dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah, bahkan pada musim kering sekalipun. Kehidupan manusia yang berhikmat adalah berwujud berkat. Dan itu adalah dampak dari mereka yang mau menerima didikan dan peringatan Tuhan, serta senantiasa menjalin hubungan dengan Tuhan sebagai perwujudan takut akan Tuhan. Namun yang perlu diwaspadai adalah bahwa mereka yang berhikmat memiliki tujuan utama bukanlah berhenti sampai dengan menerima berkat. Mereka harus menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya. Disinilah justru letak dari kualitas hidup seseorang yang memiliki motivasi membuat sesamanya berbahagia atau sejahtera dalam kehidupannya, melalui tindakan berbagi.
Amin.