Rabu, 22 Juni 2016

Bereskan Konflik!

Bacaan 2 SAMUEL 13 : 23 - 39 

PEMBUKAAN
“Nasi sudah menjadi bubur” adalah ungkapan yang tidak asing dalam kehidupan kita ketika ada peristiwa yang terlanjur terjadi tetapi belum ada solusi yang diambil. Demikian juga jika ada masalah yang terjadi dalam kehidupan keluarga kita dan tidak segera diselesaikan maka tanpa sadar kita menjadikan kehidupan keluarga kita bagaikan sebuah laboratorium untuk uji coba terhadap sebuah perkara.
Dalam bacaan kita saat ini dikemukakan sebuah konflik yang terjadi dalam keluarga besar dan terhormat lagi. Ketidak-tuntasan sebuah perkara yang menyisakan sebuah pertentangan yang kemudian berujung pada kejahatan. Keluarga besar dan terhormat itu adalah keluarga Daud.  Sebagai seorang raja, Daud dikatakan sebagai seseorang yang berkenan di hati Tuhan. Tetapi ada anggota keluarga termasuk Daud sendiri juga telah memperlihatkan perilaku yang tidak menjadi teladan sebagai sang Bapak dalam hal mengambil sikap yang tepat dan bijaksana untuk segera menyelesaikan sebuah perkara.
ISI

Amnon merupakan anak yang berasal dari hasil perkawinan Daud dengan istrinya yaitu Ahinoam. Amnon merupakan lelaki yang memperkosa Tamar, saudara tirinya. Tamar merupakan saudara kandung dari Absalom. Ketika Amnon memperkosa Tamar dan tidak mau bertanggung jawab disitulah benih-benih konflik mulai disemaikan. Hal inilah yang menyebabkan kematian Amnon. Ia dibunuh oleh orang-orang suruhan Absalom yang marah karena perbuatannya tersebut. Pembunuhan tersebut terjadi ketika ia sedang dalam keadaan mabuk karena minum anggur atas undangan Absalom. Peristiwa yang terjadi dalam perikop ini hendak memperlihatkan konflik internal yang menjadi bagian dari kehidupan raja Daud. Perilaku Absalom bukti sebuah rasa dendam.

Hidup dalam dendam merupakan persoalan yang bisa muncul dalam keluarga juga, sehingga dendam mengacaukan semua bentuk keindahan yang Tuhan ciptakan dalam lembaga keluarga. Ketika dendam disimpan dan saat tiba pada waktu diwujudkan tindakan balasan, maka akan menimbulkan masalah yang besar.

Dendam juga akan menimbulkan luka batin yang luar biasa dan menghasilkan kesedihan yang mendalam. Kita tidak bisa menganggap luka batin ini sebagai sakit yang biasa sebab pengkhianatan yang terjadi dalam relasi keluarga adalah kekejian dihadapan Tuhan juga. Sangatlah penting agar keluarga Kristen saling mendiskusikan semua perkara dengan jujur dan belajar sebanyak mungkin tentang bagaimana perbedaan masing-masing. 
Kalau kita menganalisa nas ini secara teliti, kita akan melihat bahwa Daud selaku orang tua membiarkan masalah ini berlarut-larut. Mestinya sejak awal kejadian antara Tamar dan Amnon, Daud sudah bertindak yaitu untuk segera membereskan masalah tersebut. Namun, Daud menganggap remeh masalah yang besar ini. Pantas saja Absalom memendam rasa dendam kepada si Amnon. Sebab tidak ada penyelesaian antara mereka. Dan akibatnya, Daud harus kehilangan Amnon, ia berserta pegawai kerajaan berdukacita. Inilah yang dinamakan Nasi Telah Menjadi Bubur. 

Belajar dari kisah nas ini, maka masalah yang ada dalam hidup ini hendaklah dibereskan dengan segera, mengapa? Tujuannya adalah untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, seperti ; dendam, kekerasan bahkan pembunuhan. Pertanyaannya adalah strategi apa saja yang perlu kita lakukan untuk menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi?

1.      Lukas 12:57-58 mencatat: "Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara."
Berarti adanya suatu inisiatif untuk segera berdamai dengan pihak lain. Keistimewaan dari inisiatif ini sendiri yaitu mampu mencermati kreasi Tuhan, selanjutnya menjadikan bahan renungan atau kreatifitas berpikir dalam semua waktu dan tempat untuk menanggapi sesuatu.
2.      Efesus 4:26 mencatat: Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu."
Kemarahan jika dipendam dalam hati ini, maka kemarahan itu akan membawa kita kepada dosa berantai, misalnya: Merancang kejahatan, menyakiti, memfitnah, mematikan orang,dll. Jadi kendalikan amarah atau rasa marah dalam hati kita dengan segera melupakan apa yang membuat kita marah. Ingat! Kalau kita suka marah, maka penyakit akan menyerang kita. Sebab itu pintar-pintarlah mengendalikan diri. Sebab kemarahan malah akan menambah masalah.
3.      2 Korintus 5:19 mencatat: "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."
Nas ini mengingatkan kita bahwa kehadiran Yesus ke dunia adalah sebagai mediator dalam menjalin kembali relasi antara Allah dengan manusia sehingga manusiapun terbebas dari dosa.

PENUTUP


Dari renungan kita hari ini, kita diingatkan untuk tidak menunda-nunda dalam membereskan konflik atau masalah dalam hidup ini. Jika saat ini masih ada masalah atau konflik keluarga, pekerjaan, antar saudara, antar teman yang masih menyelimuti kita, maka dengan kerendahan hati mari segera kita bereskan, sebelum terlambat. Sebab masalah akan bisa membawa dampak yang mematikan bagi kita dan iblis akan menari-nari dan terbahak-bahak melihat kejatuhan kita. Amin

Yang Berperan Tidak Selalu Terlihat

Bacaan: Markus 2:1-12

PEMBUKAAN

Salah satu ungkapan yang pernah kita dengar atau baca adalah “apa dan bagaimana aku sekarang adalah jasa seorang ibu”. Makna yang bisa diambil dari ungkapan itu adalah adanya seorang ibu yang menjadikan anaknya berhasil. Jika dijadikan rumusan umum, maka bisa diartikan bahwa keberhasilan seseorang tentu ada yang dibelakang layar. Ada tindakan atau karya penopang atau pendukung dibalik layar. Seseorang yang berada di balik layar sesungguhnya tidak popular, sebab mereka jarang bahkan tidak pernah terlihat oleh masa. Namun peran yang tidak kelihatan itu sangat penting dan menjadikan seseorang berhasil.

Bacaan kita hari ini mengisahkan bahwa Yesus telah tiba di Kapernaum dari perjalananNya. Berita bahwa Yesus kembali ke rumah, rupanya tersebar ke seluruh kota sehingga banyak orang berduyun-duyun datang ke rumah itu untuk mendengar berita kabar baik yang hendak diajarkan Tuhan Yesus. Di antara sekian banyak orang yang penuh keinginan hendak melihat Yesus itu rupanya ada empat orang yang sedang membawa teman mereka yang lumpuh. Tatkala mereka tiba di rumah itu penuh sesak, tidak ada jalan masuk, maka mereka sepakat dan berupaya naik ke atas rumah dan membuka atapnya, sehingga mereka dapat menurunkan temannya itu. Sebuah usaha keras dari kumpulan hasrat dan iman dari empat orang yang menyatu dengan penuh harap itu untuk keberhasilan seorang teman yang lumpuh. Artinya bahwa iman dan kepercayaan kepada Yesus yang dimiliki oleh orang lumpuh itu, juga sama yang dimiliki oleh empat orang itu.

ISI

Yang akan menjadi perhatian kita dalam ibadah hari ini adalah tentang peran ke empat orang yang menolong orang lumpuh itu. Apa keistimewaan yang dapat ditemukan dari mereka?. Setidaknya ada dua hal yang bisa kita renungkan dari beberapa kemungkinan yang dapat kita temukan tentunya, yaitu adanya kepedulian terhadap sesama dan adanya iman kepercayaan dan tekad yang sama.

Tidak mementingkan kepentingan sendiri setidaknya dimiliki oleh ke empat orang itu. Membawa teman yang lumpuh kepada Tuhan Yesus dengan menerobos kerumunan orang banyak, dan menurunkannya melalui atas atap itu berarti adanya pengorbanan karena secara tidak langsung mereka justru memberi kesempatan orang lain terlebih dahulu menerima berkat Tuhan Yesus daripada untuk kepetingan mereka sendiri. Dibalik itu ada nilai lain yang muncul yaitu, kepedulian akan sesama terasa sangat indah tatkala seseorang tidak memperhitungkan pengorbanan yang telah dilakukannya.

Harapan dan keyakinan bahwa hanya Tuhan Yesus dapat menyembuhkan orang lumpuh  teman ke empat orang ini, diperlukan adanya kepercayaan dan tekad yang bulat. Ke empat orang itu bisa saja putus asa, apalagi ketika menghadapi jalan buntu karena kerumunan orang di rumah itu yang menghalangi jalan masuk. Namun tekad bulat mereka membawa kepada keberhasilan dan berkat. 

PENUTUP

Bagaimana dengan kita? Keyakinan yang disertai tekad di dalam sebuah Tim memerlukan kerja sama yang seirama. Karena bisa jadi bahwa kekutaan Tim justru terletak pada pribadi yang paling lemah. Sehingga bila ada teman yang lemah, kita bukan menjauhi apalagi menjatuhkannya, tetapi justru kita patut dan harus membawanya untuk bangkit kembali menerima keberhasilan.

Keberhasilan seseorang tidak terletak pada pribadi orang itu saja, biasanya juga ikut serta mereka yang telah mengambil bagian berkorban banyak di balik layar. Memang tidak semua orang yang dibalik layar itu memiliki sikap yang baik, ada orang-orang tertentu justru bertopang tangan di sana dan membuat kerusuhan dan kekacauan dengan beragam niat jahatnya.

Mungkin banyak orang tidak mengenal kita, dan juga tidak pernah memuji kita. Karena kita adalah orang yang bekerja di balik layar yang tidak dilihat orang. Namun perlu diingat, tanpa orang-orang yang dibalik layar, keberhasilan itu tidak akan ada. Oleh sebab itu jangan sekali-kali menganggap diri kita terkenal, dan jangan sekali-kali merendahkan mereka yang kurang dikenal banyak orang. Terus berkarya, bukankah Tuhan juga senantiasa bekerja dibalik layar?

AMIN.

Senin, 28 Maret 2016

"bukan ketika kita baik ...saja"

BACAAN : LUKAS 15: 1-10
(yohanes didik)


Seringkali kita mendengar nasehat orangtua kepada anaknya supaya menjauh dari orang atau kelompok yang dianggap tidak baik, karena jika tidak memiliki kekuatan iman akan menjadi sama dengan mereka. Nasehat itu tidak bisa disalahkan, karena memang banyak cerita yang menunjukkan kebenaran akan pendapat tersebut. Namun permasalahannya adalah bagaimana kemudian orang-orang yang dianggap jahat itu berubah menjadi baik. Demikian juga bagaimana kita memiliki kekuatan iman supaya tidak terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik. Bacaan kita hari ini mengingatkan kita bagaimana kita bersikap dengan meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap orang yang dianggap berdosa.  
Sikap Tuhan Yesus yang sangat luar biasa adalah dalam memperlakukan orang-orang yang dianggap lemah dan berdosa. Lebih dari pada itu Tuhan Yesus juga bersedia untuk makan bersama-sama dengan mereka. Padahal dalam tradisi orang Yahudi, seorang yang baik tidak dibenarkan untuk makan bersama dengan orang yang dianggap berdosa. Sebab makna dari tindakan makan bersama merupakan bentuk persekutuan yang memiliki hubungan erat dengan orang-orang yang duduk di sekitarnya. Sehingga ketika Tuhan Yesus bersedia duduk untuk makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, Yesus dianggap oleh telah memposisikan diri sebagai bagian dari kehidupan para pemungut cukai dan orang berdosa. Itu sebabnya orang orang Farisi dan ahli-ahli Taurat segera menunjukkan sikap menentang. Inilah letak perbedaan sikap antara Tuhan Yesus dengan para pemimpin agama Yahudi pada waktu itu. Mereka lebih cenderung menjaga kesucian dan kesalehan mereka dengan menjauhi orang-orang yang dianggap berdosa. Sedangkan Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat mereka agar mereka memiliki kasih dan dan mendapat pengampunan  dari Tuhan.
Untuk menjelaskan bagaimana sikap Allah yang mengasihi setiap orang yang berdosa, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang gembala yang mau mencari seekor anak domba dengan meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor dombanya. Perumpamaan Tuhan Yesus tersebut merupakan gambaran dari kehidupan para gembala domba pada zamannya. Mereka bersedia mencari di tempat-tempat yang cukup jauh dan sulit. Mereka hanya mau pulang apabila mereka telah berhasil membawa kambing atau dombanya yang hilang. Sikap para gembala tersebut dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan sikap kasih Allah yang terus-menerus mencari setiap umatNya yang hilang dan tersesat. Allah memandang semua umatNya begitu berharga, bahkan ketika umatnya jatuh di dalam dosa, Allah tetap memandang berharga sehingga tetap dicari dan diselamatkan.
Hari ini kita disadarkan lagi, bahwa Allah mengasihi kita, bukan ketika kita baik, benar saja. Tetapi Allah di dalam Kristus sangat mengasihi kita justru ketika kita berdosa dan lemah. Allah di dalam Kristus adalah Allah yang penuh anugerah. Dia mencintai orang berdosa agar mereka selamat dan memperoleh hidup yang kekal. Itu sebabnya mereka yang telah diampuni oleh Allah seharusnya terpanggil pula untuk mengabarkan kasih dan pengampunan Allah kepada sesamanya yang masih belum mengenalNya.

Dalam praktek hidup ternyata tidaklah mudah untuk menerapkan tindakan kasih Allah yang senantiasa mencari dan menyelamatkan sesama yang hilang atau tersesat. Karena ketika kita bergaul, kita juga dapat jatuh dalam sikap yang kompromistis dengan membenarkan tindakan mereka yang tidak terpuji itu. Marilah kita seperti Kristus yang memiliki kasih dengan mau peduli mencari dan menyelamatkan sesama di sekitar kita yang tersesat dengan tetap menjaga integritas dan kesetiaan iman kita kepada Tuhan Yesus.Amin.

“Dengarkanlah suara-Ku ...!”

Bacaan Alkitab: Yeremia 11:1-17
(yohanes didik)

Pada umumnya, jika ada dua pihak yang bersepakat dalam suatu perjanjian, tentu keduanya akan memegang teguh perjanjian itu. Oleh karenadi setiap perjanjian itu pasti saling menguntungkan kedua belah pihak, maka bila salah satu pihak melanggar perjanjian, akan ada sanksi yang diberikan bagi pihak yang melanggarnya.Menjadi menarik jika ada perjanjianantara dua belah pihak, dan salah satu pihak yang paling diuntungkan, justru melanggar perjanjian terlebih dahulu. Inilah yang terjadi dalam perjanjian antara Allah dan bangsa Israel.Muncul ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap perjanjian yang telah dibuatnya bersama Tuhan Allah.
Tuhan telah menjalin perjanjian dengan bangsa Israel ketika Ia akan membebaskan mereka dari Mesir, negeri yang membelenggu mereka dengan perbudakan bertahun-tahun lamanya. Pada waktu itu, Tuhan memerintahkan Israel untuk mendengar dan menaati firman-Nya. Dengan menyetujui perintah Tuhan itu, Israel telah masuk dalam relasi perjanjian dengan Allah, mereka menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Namun sayang, Israel gagal untuk mendengar dan taat. Berulang kali, dari generasi ke generasi, umat Allah melakukan hal itu meski sudah berulang kali pula diperingatkan. Kenyataan itulah yang tidak mengherankan jika kemudian Tuhan begitu sakit hati hingga Ia akan menimpakan malapetaka atas Israel. Demikian juga Yeremia dilarang Tuhan untuk mendoakan mereka.Ini memperlihatkan bahwa dosa-dosa Israel begitu keterlaluan sehingga Tuhan tidak berniat untuk menarik hukuman-Nya. Seolah-olah Tuhan sudah tidak bisa berharap bahwa Israel bisa berubah. Namun, seruan Allah kepada Israel melalui Yeremia, untuk menyampaikan dan mengingat isi perjanjiandengan nenek moyangnya keseluruh penjuru kota Yehuda dan Yerusalem, dan Ia memperingatkan terus menerus (ayat6-7) supaya umat Israel senantiasa “mendengar suaraNya” adalah wujud betapa Allah sungguh mengasihi bangsa yang dikasihi itu.
“Dengarkanlah suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..” (ayat 4). Sebuah seruan kepada nenek moyang Israel yang diingatkan kembali kepada generasi berikunya melalui Yeremia, juga memiliki makna bahwa ada gerakan Allah untuk mematahkan persepakatan jahat diantara mereka yang mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya. Sangat luar biasa ketika Yeremia, sebagai teman sekerja Allah dengan respon yang sangat bermakna pasrah tetapi penuh dengan pengharapan “Begitulah hendaknya, ya Tuhan!”
Kesetiaan dan komitmen kita untuk setia kepada perintah Tuhan sering diperhadapkan dengan berbagai hal yang menuntut kita untuk bertahan supaya tidak melanggar perintah Tuhan. Seringkali dalam kehidupan rumah tangga, di tempat kita berkarya kita tergoda untuk melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Kita tergoda mendapatkan kenikmatan duniawi melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan iman Kristen.  Jika demikian itu terjadi, maka biarkan kekuatan Roh Kudus melakukan “hak-karya agungNya” mengingatkan akan janji Allah kepada bangsa pilihanNya, termasuk orang-orang yang dikasihinya seperti kita, dengan melakukan tindakan yang sangat menolong kita yaitu mengingatkan kita akan firman Tuhan, “Dengarkanlah suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..”. Dari firman Tuhan ini, setidaknya dipahami ada dua langkah yang kita tempuh. Langkah pertama, dengarkanlah suaraNya, lakukanlah relasi yang harmonis dengan Tuhan, memahami akan apa yang dikehendakiNya dalam hidup kita. Tahap kedua, tidak hanya mendengar dan bahkan memohon, tetapi senantiasa ingat kita adalah teman sekerja Allah, hendaklah kita melakukan kehendaknya untuk terealisasinya “Karya Agung Allah” dalam setiap sisi kehidupan. Maka, konsekuensi logis yang akan kita dapatkan, walaupun tidak kita minta sekalipun bahwa Allah mengakui kita sebagai umatNya, sehingga segala apa yang kita perlukan pastilah akan terlengkapinya.
Kiranya kita semuasenantiasa ingat akan janji semula kita dengan Tuhan dan berbalik menjadi setia akan janji-Nya, kembali kepada komitmen pertama kali kita meninggalkan hidup dengan cara-cara yang lama, hidup duniawi yang tidak berkenan oleh Tuhan dan menggantikannya dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan memuliakan-Nya.

            Tuhan memberkati kita, Amin
BACAAN : KELUARAN 12: 21-27
(yohanes didik)

"tidak memperhitungkan segala dosa"

Kebutuhan manusia selain makan dan minum adalah kebutuhan mendapatkan rasa aman dalam hidupnya, aman dari bahaya, aman dari ketidaksejahteraan dan sebagainya.Terlebih manusia merasa aman ketika terbebas dari kematiannya, maka itu akan dikenang sepanjang hidupnya bahkan dapat diceritakan kepada anak keturunannya sebagai peristiwa yang merupakan cerita rantai yang tidak pernah putus yang dijadikan bahan cerita turun temurun dengan beragam maksud dan tujuan. Namun biasanya itu menjadi bagian ucapan syukur atas perhatian sang pencipta dan perlindungan yang diberikannya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sangat memahami jika rasa aman itu hanya dapat diperoleh dari Tuhan, sehingga rasa aman sebenarnya memiliki arti bahwa manusia menginginkan kehidupannya senantiasa dalam perlindungan Tuhan.Kehidupan yang tidak pernah kawatir akan kekurangan dan senantiasa aman dari segala ancaman dunia, baik ancaman fisik maupun psikis yang sering melanda kehidupan manusia.
Bacaan hari ini mengingatkan kepada kita dan sekaligus memperlihatkan kepada kita bahwa bangsa pilihan Allah yaitu bangsa Israel mendapatkan rasa amannya dari Tuhan dengan cara mematuhi segala perintah yang diberikan Allah kepada mereka.Peristiwa terhindarnya maut atas anak keturunannya itu menjadikannyasebagai perayaaan ucapan syukur yang senantiasa dilakukan sebagaitradisi mereka dan mewariskannya kepada anak cucu mereka untuk menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhannya kepada Allah. Perayaan atas peristiswa itu kemudian dikenal dengan Paskah, berasal dari kata “Pesakh” yang artinya “melewati”, sebuah karya penyelamatan Allah bagi bangsa pilihannya. Bangsa Israel sendiri memahaminya sebagai sebuah pengakuan akan otoritas Allah bagi bangsa pilihanNya dan menjadi peristiwa iman yang tidak pernah dilupakan untuk dicatat sebagai sejarah bangsa Israel bahkan menjadi peristiwa besar bagi semua orang percaya seluruh dunia di segala zaman sekalipun.
Karya besar Allah ini adalah bukti nyata betapa Ia tidak hanya menunjukkan kepedulianNya kepada bangsa pilihannya saja tetapi dibalik itu, Allah ingin meruntuhkan tembok perbudakan sehingga memunculkan rasa keadilan dan kemerdekaan untuk menikmati “kasih Allah” dimana Allah tidak pernah memperhitungkan segala dosa bangsa pilihanNya itu karena dalam setiap karya penyelamatan yang dilakukan dilandasi dengan belas kasih pengampunanNya. Itulah sebabnya, bangsa Israel hendaknya merespon keinginan Allah itu dengan senantiasa memegang karya Allah ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya dan menjadikannya sebagai “ibadah” yang harus dipeliharanya. (ayat 24, 25).
Bagaimana dengan kita yang juga merupakan sasaran kasih Allah sebagai umat pilihanNya?Kita bersyukur karena senantiasa mendapatkan rasa aman dalam setiap sisi kehidupan, selalu dipedulikan dengan pertolonganNya untuk terlepas dari segala penderitaan dunia, mendapatkan keadilan untuk dimerdekakan dari perlakuan dunia yang penuh ketimpangan dan lebih daripada itu betapa Allah senantiasa mengampuni dari segala bentuk dosa kita. Seperti halnya bangsa Israel, demikian hendaknya kita senantiasa memegang kebaikan Tuhan sebagai ketetapan dan dipelihara sebagai “ibadah” dalam kehidupan kita.
Wujud dari kebaikan Tuhan yang senantiasa kita jadikan ibadah, maka ada pemahaman bahwa karya Allah yang telah terlebih dahulu diberikan kepada kita ini, harus diterapkan ditengah-tengah kehidupan dengan sesama ciptaan Tuhan. Kasih Allah dipakai sebagai landasan kita untuk melakukan tindakan peduli terhadap sesama yang menderita atas perlakuan jahat dunia yang diterimanya. Kasih Allah juga menunjukkan kepada kita untuk senantiassa mengampuni segala kesalahan sesama dan belajar untuk melupakannya.
Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi kebiasaan, pola pikir, perilaku, gaya hidup, atau gaya berinteraksi dan berbagai macam perubahan realitas sosial. Namun perubahan itu tidak akan pernah merubah diri kita menjadi sama seperti dunia. Seharusnya kita melakukan hal yang lebih dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan sebagai anak Allah dengan meningkatkan solidaritas kehidupan berdasarkan potensi yang telah Allah telah berikan kepada kita. Kekuatan solidaritas yang terbangun kita yakini bahwa dunia akan “terlewati” dari segala bentuk kejahatan dan kelaliman, dengan demikian kerajaan Allah segera terwujud di dunia. Selamat menyongsong Paskah. Tuhan Yesus memberkati.

 Amin