Sabtu, 15 Agustus 2009

BERBELA RASA DENGAN SESAMA

Bacaan : 1 Petrus 1 ; 18 – 23

Petrus mengingatkan orang-orang Kristen saat itu bahwa mereka adalah warga kerajaan sorga, status ini harus dihormati dalam kehidupan mereka, sehingga Petrus memberi beberapa nasihat untuk membentuk pola kehidupan mereka sebagai anak-anak Allah, yang intinya adalah saling mengasihi, saling melayani, saling menolong dengan perbuatan atau tindakan sebagai ibadah yang sejati, artinya bahwa mereka harus melakukannya tanpa bersungut-sungut tetapi dimulai dengan sebuah ketulusan.
Petrus juga secara implisit menghendaki bahwa pola kehidupan orang Kristen seperti tersebut diatas harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa menunda-nunda, sebab hari Tuhan sudah semakin dekat.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita telah diberkati dengan berbagai hal, oleh karena itu adalah tanggung jawab kita untuk menjadi berkat bagi semua orang. Seperti berkat Tuhan kepada Abraham,” Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (Kej. 12:2). Jelas sekali keinginan Tuhan, kita ada di dunia ini untuk menjadi berkat.
Jika Tuhan memberkati kita memberkati kita, ingatlah bahwa itu ditujukan untuk keperluan yang lebih beasr, yaitu untuk pekerjaan Tuhan dan misi-Nya. Tuhan mempercayakan milik-Nya kepada kita agar kita menjadi berkat bagi segala bangsa, menunjukan jalan keselamatan bagi orang-orang yang tersesat dan mebawanya kepada Kristus.
Bagaimanakah menjadi berkat bagi orang lain?, contoh konkrit dalam kehidupan kita adalah dengan pemahaman : alkitab mengajarkan bahwa sifat kasih adalah memberi. Allah menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan Putra-Nya Yesus Kristus untuk mati menggatikan kita. Kita menyadari betapa besar berkat pemberian Allah dalam hidup kita, pastilah kita tahu apa artinya memberi bagi Tuhan dan misi-Nya. Memberi tidak harus menunggu kita kaya atau berkecukupan terlebih dahulu, tapi jika dilandasi dengan hati yang mengasihi Tuhan, maka kita jadi pemurah dan tidak hitung-hitungan. Maslah besar kecil pemberian, Tuhan tidak mempersoalkannya ( ingat persembahan janda miskin di Lukas 21 : 1 – 4 ), namun sikap hati dalam memberi itulah lebih penting. Inilah salah satu makna dari Berbela rasa dengan sesama.

Minggu, 09 Agustus 2009

Bahan PA Bulan Agustus 2009

Topik : Kepemimpinan

3 Agustus 2009
Bacaan : Matius 20:20-28
Nats : Matius 20:27.

Ada pendapat yang mengatakan : “Pemimpin yang besar mulanya terlihat sebagai pelayan, dan kenyataan sederhana itu adalah kunci dari kebesarannya.”
Dua ribu tahun yang lalu, Yesus mengajarkan kebenaran itu kepada para murid-Nya dan Dia pun memberi teladan akan hal itu. Sebagai Anak Allah, Dia telah diberi “segala kuasa di surga dan di bumi” (Matius 28:18). Namun, Dia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti dan menaati-Nya. Pola kepemimpinan-Nya sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di dunia sekarang ini. Dia memimpin dengan melayani secara rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri.
Kepemimpinan menurut teladan Kristus berarti lebih mempedulikan kebutuhan sesama daripada kebutuhannya sendiri, menyenangkan mereka, menyemangati pertumbuhan rohani dan kedekatan mereka dengan Allah. Itu artinya, memperlakukan sesama sama seperti Allah memperlakukan kita. Pemimpin yang melayani akan mengarahkan dengan lembut dan penuh pertimbangan, bukannya menyuruh orang lain dengan kasar atau memberikan ultimatum. Ia tidak mendikte atau menuntut, tetapi sadar bahwa di hadapan Allah ia hanyalah pelayan yang melaksanakan tugas (Lukas 17:10).
Entah apa pun posisi kepemimpinan kita, kita tidak akan kehilangan harga diri kita apabila kita memberi diri kepada orang lain. Pelayanan yang lebih mementingkan orang lain adalah dasar dari kebesaran sejati.
Allah memanggil kita untuk mengambil pendekatan yang berbeda: “Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara- saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat” (1 Petrus 3:8,9).
Jika kita ingin mengajar orang lain seni mengenal Allah dan melayani-Nya, kita tidak dapat mengabaikan pentingnya dan kuasa teladan. Demikianlah Kristus dan para rasul-Nya mengomunikasikan pesan yang sama. Ketaatan mereka kepada Allah terlihat melalui istilah-istilah sehari-hari yang mudah dimengerti.
Kepemimpinan yang dilakukan dengan memberi teladan akan bersifat menular. Ketika Paulus menyebut orang-orang Tesalonika, yang telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan, ia berkata bahwa mereka juga telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya (1Tesalonika 1:6,7).
Kata Kunci :
HANYA MEREKA YANG TELAH BELAJAR MELAYANIYANG PANTAS MENJADI PEMIMPIN.

Senin, 04 Mei 2009

APAKAH DOA ITU?

  1. Oleh : Yohanes Didik S

    Seorang ahli falsafah besar pernah berkata: "Berdoa adalah perilaku dari jiwa yang paling luhur dan dalam, dan akan tetap demikian selama dikehendaki Allah". Berdoa adalah watak pembawaan manusia, yang dikembangkan oleh semua manusia, tidak pandang kelas, bahasa atau agama. Doa itu dipraktekkan dalam berbagai bentuk dan pola, meliputi juga hal-hal yang bersifat pribadi, sepanjang abad, di segala tempat; di antara bangsa-bangsa yang terbelakang atau primitif, sama dengan bangsa yang manapun yang sedang berkembang atau yang sudah maju.
    "Apa artinya berdoa dalam nama Yesus?"
    Berdoa dalam nama Yesus diajarkan dalam Yohanes 14:13-14, “
    Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa dengan otoritas Yesus dan minta kepada Allah Bapa untuk menjawab doa kita karena kita datang dalam nama anakNya
    Berdoa dalam nama Yesus memiliki arti yang sama dengan berdoa sesuai dengan kehendak Allah.
    Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Yesus.
    Mengucapkan “dalam nama Yesus” pada akhir dari doa bukanlah sebuah mantra.
    10 Cara Berdoa Menurut Perintah Tuhan Yesus dalam Kitab Injil
    1. Berdoalah dengan tekun. (Matius 7:7) (Kisah Para Rasul 1:14)
    2. Berdoalah secara tersembunyi.(Matius 6:6)
    3. Berdoalah dengan tidak bertele-tele. (Matius 6:7)
    4. Berdoalah dalam nama Yesus.(Yohanes 14:13-14)(Yohanes 15:7)
    5. Berdoalah dengan iman dan keyakinan bahwa doamu sedang dikabulkan.(Markus 11:24)
    6. Berdoalah menurut pola ”Doa Bapa Kami”.(Matius 6:9-13)
    7. Berdoalah dengan hati mengampuni.(Matius 5:44)(Lukas 6:27)(Matius 6:14-15) (Markus 11:25)(Matius 5:23-25)
    8. Berdoalah dengan rendah hati dan dengan pertobatan.(Matius 6:12)(Lukas 18:13)(Lukas 22:40)
    9. Berdoalah untuk kuasa dari Roh Kudus.(Lukas 11:13)(Kisah Para Rasul 1:8)
    10. Berdoalah untuk pekerjaan Tuhan.(Matius 9:38)(Lukas 10:2)
    Doa Adalah Pintu Masuk Kepada Supra Natural Power
    Baca Yeremia 33: 3 !
    Ada tiga alasan kenapa kita harus berdoa:
    I. Doa dimulai dengan undangan Allah (“Berserulah kepadaKu”)
    Ada tiga bukti sehubungan dengan undangan berdoa:
    Baca 2 Tawarikh 1: 7, Suatu kali Tuhan datang kepada Salomo dalam mimpinya dan berkata, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadam ”
    Baca Matius 7: 7, Suatu kali Yesus berkata kepada murid-muridNya ,”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu…..”
    Baca Yakobus 4: 2, Yakobus berkata, “Kamu tidak memperoleh apa- apa, karena kamu tidak berdoa”
    II. Kita berdoa karena ada janji dari doa yang dipanjatkan (“Aku akan menjawab engkau”)
    Keistimewaan yang kedua dalam hal berdoa adalah Allah berjanji untuk menjawab doa kita. Ada tiga macam jawaban doa yang dapat kita terima dari Tuhan:
    A. Tuhan menjawab “Ya” Baca Markus 10: 46- 52.
    Ada dua hal supaya doa kita pasti terjawab:
    · Doa yang lahir dari iman (Yak. 5: 15)
    · Doa orang yang benar (Yak. 5: 16)
    B. Tuhan menjawab “Tunggu”
    · Nuh, harus menunggu 120 tahun
    · Abraham harus menunggu 25 tahun
    · Yusuf harus menunggu 13 tahun
    · Musa harus menunggu selama 40 tahun, sampai Allah memanggil ia untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.
    · Imam Zakharia (Luk. 1: 5- 25)
    C. Tuhan menjawab “Tidak”
    a. Pengalaman Tuhan Yesus ketika ditaman Getsemani (Baca Lukas 22: 42)
    b. Pengalaman dari ibu Yohanes dan Yakobus (Mat. 20: 20- 24)
    c. Pengalaman orang Gerasa (Mark. 5: 18- 19)
    d. Pengalaman rasul Paulus (2 Kor. 12: 7- 9)
    Jadi, hal yang kedua kenapa kita harus berdoa adalah karena Allah akan menjawab doa kita.
    III. Kita berdoa karena ada kuasa dalam doa (“Aku akan menunjukkan kepadamu hal-hal yang besar dan yang luar biasa (tidak terpahami), yakni yang tidak kauketahui”)
    John Wesley berkata, “Allah tidak dapat berbuat sesuatu kecuali umatNya berdoa,”
    Jadi, hal yang ketiga kenapa kita harus berdoa adalah karena Allah akan memanifestasikan kuasaNya melalui doa.
    Kepada siapa doa itu disampaikan?
    Doa itu disampaikan kepada Bapa, oleh Roh Kudus dalam nama Yesus Kristus (Yoh. 16: 23- 24).
    · Bapa yang Kekal (Mazmur 93: 2, Yesaya 40: 28)
    · Bapa yang Mahakuasa (Mazmur 21: 2; 62: 12)
    · Bapa yang Mahatahu (Kejadian 3: 5, 1 Samuel 2: 3)
    · Bapa yang Setia (Mazmur 146: 6)
    · Bapa yang Mahakasih (2 Samuel 24: 14, 1 Tawarikh 21: 13)
    · Bapa yang panjang Sabar (Kejadian 34: 6, Mazmur 15: 8)
    Bagaimana posisi kita dalam berdoa?
    Posisi atau sikap kita dalam berdoa tidak seberapa penting dibandingkan dengan sikap hati kita. Alkitab memberikan beberapa sikap dalam berdoa:
    · Berdiri (Markus 11: 25)
    · Duduk (1 Tawarikh 17: 16- 27)
    · Tunduk (Keluaran 34: 8)
    · Tiarap (Mazmur 6: 6)
    · Dengan muka mencium ke tanah atau bersujud (Matius 26: 39)
    · Berlutut (1 Raja 8: 54, Daniel 6: 10, Lukas 22: 41, Kisah rasul 20: 36)
    · Dengan muka diantara kedua lutut (1 Raja 18: 42)
    Dimana saja kita boleh berdoa?
    · Di dalam kamar (Matius 6: 6)
    · Dimuka umum (Kisah rasul 20: 20)
    · Ditempat yang sudah ditentukan sebelumnya (Matius 26: 18)
    · Dimana saja (Matius 18: 20)



Selasa, 14 April 2009

DOA TUHAN YESUS

(BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB BULAN APRIL 2009 GKJW JEMAAT WARU)
Oleh : Yohanes Didik S
BACAAN : YOHANES 17 : 1 – 26
Pasal ini berisi doa Tuhan Yesus Kristus yang terakhir, sebelum Ia disalibkan. Semuanya adalah perkataan Yesus sendiri yang diingat oleh Yohanes dan ditulis dengan pertolongan Roh Kudus. Dalam ayat 1 – 5 Yesus berdoa untuk diri-Nya sendiri ; dalam ayat 6 – 19 Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya dan dalam ayat 20 – 26 Yesus berdoa untuk semua orang yang akan percaya kepada-Nya oleh sebab perkataan murid-murid-Nya.
I. Yesus berdoa untuk diri-Nya ( 1 – 5 )
Maksud doa itu bukan khusus untuk menunjukkan bagaimana Yesus berdoa, melainkan Ia ingin agar murid-murid-Nya mengikuti teladan-Nya dalam persekutuan dengan Bapa-Nya. Di samping itu Yesus hendak menguatkan hati murid-murid-Nya, agar mereka mempunyai keberanian dan ketetapan hati pada waktu mereka diuji, yaitu ketika Yesus disalibkan sampai Ia dibangkitkan.
Dalam doa Yesus untuk diri-Nya Ia menyatakan tiga hal yang menjadi keinginan hati-Nya, yaitu :
· Memberikan hidup yang kekal kepada manusia
· Supaya semua orang mengenal Allah dan Anak-Nya
· Supaya Ia dipermuliakan oleh Bapa-Nya dengan kemuliaan yang pernah diberikan kepada-Nyasebelum dunia ini ada
II. Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya ( 6 – 19 )
Yesus menginginkan empat hal. Dua hal yang terpenting adalah: “Peliharalah dan Kuduskanlah mereka”. Peliharalah mereka dalam nama-Mu (11) dan kuduskanlah mereka dalam kebenaran (17). Dua hal berikutnya adalah Yesus ingin agar mereka “Penuh dengan sukacita-Nya (13) dan mereka jangan “Diambil dari dunia”(15).
Yesus telah menyampaikan firman Bapa dan firman itu memberikan hidup yang kekal. Mereka telah “menerima”, “tahu benar-benar” dan “percaya”.
III. Yesus berdoa untuk semua orang yang akan percaya kepada-Nya ( 20 – 26 )
Kepada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, Yesus memberikan kemuliaan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (22). Kemuliaan persatuan yang sama dengan persatuan antara Yesus dan Bapa, yakni Roh Kristus di dalam mereka sama seperti Bapa di dalam Kristus, agar mereka dan kita sekarang, sempurna di dalam satu persekutuan. Maksud persatuan itu adalah agar isi dunia mengetahui bahwa Allah mengasihi mereka sama seperti Ia mengasihi Kristus.
Pada ayat 23 Yesus memohon agar kasih Allah kepada Kristus dicurahkan ke dalam hati mereka, supaya mereka dan kita mengasihi Yesus Kristus sama seperti Allah Bapa mengasihi Yesus Kristus.

Senin, 06 April 2009

Implementasi Kombinasi Think-Pair-Share Dan Games


Oleh : Yohanes Didik Setya Nugroho


Abstrak :
Pengajaran Aspek Reading Bahasa Inggris dengan menggunakan bacaan tipe “Procedure Text” dapat menggunakan kombinasi model pembelajaran dengan menggabungkan tipe Think-Pair-Share dan Games. Dengan menggunakan alat peraga nyata yang murah dan dengan mudah dicari serta familiar dengan siswa (lebel bekas makanan, minuman dan sebagainya) serta disajikan atau dilakukan dengan unsur permainan yang menyenangkan diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang lebih baik. Motivasi belajar serta peningkatan kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis akan dapat diperoleh para siswa.

Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola hubungan antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini diharapkan siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih diidentikkan dengan pola kerjasama daripada individu. Secara sederhana tahapan Think-Pair-Share adalah sebagai berikut:
· Tahapan Think : Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan, dan siswa memikirkan jawaban atau solusi secara mandiri untuk beberapa saat.
· Tahapan Pair : Guru meminta siswa berpasangan (bisa diartikan kelompok) dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan materi yang dipikirkan pada Tahapan Think. Pada tahap ini digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan menghasilkan berbagi ide terhadap permasalahan yang dihadapi. Guru memberi waktu sesaat untuk berpasangan.
· Tahapan Share : Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan/kelompok untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan dan diskusikan dengan cara (masing-masing kelompok) memaparkan hasil kepada seluruh siswa di kelas.
Tipe ini didesain untuk membuat para siswa berpikir tentang sebuah topik, kemudian berdiskusi dalam kelompok, dan kemudian berbagi pemikiran atau ide mereka kepada seluruh anggota kelas. Model Think-Pair-Share ini dapat diterapkan bagi semua tingkat kelas, juga dapat diterapkan di kelas besar sekalipun.
Tujuan Pembelajaran Model Think-Pair-Share
Think-Pair-Share yang dikembangkan oleh Prof. Frank Lyman of University of Maryland Howard County Southern Teacher Education Center (Kagan, 1994) memperkenankan siswa untuk berpikir sebelum berbagi diantara pasangan atau kelompoknya atau dengan seluruh anggota kelas. Para siswa seringkali berharap bisa berbagi ide dalam pasangan atau kelompoknya dan kemudian menyajikannya ke seluruh anggota kelas. Strategi ini membuat para siswa untuk berusaha menyajikan ide mereka dalam sebuah dialog yang saling mendukung. Berpikir dan berbicara tentang sebuah ide juga membantu siswa merumuskan pemikiran mereka dan mempertajam ide-idenya saat mereka saling mendengar. Pada tahap akhir, yaitu Share, siswa yang telah memiliki kepercayaan diri mendapatkan kesempatan untuk berbagi ide atau jawaban dengan pasangannya, sementara siswa yang masih belum memiliki kepercayaan diri masih memiliki kesempatan mendengarkan dari pasangannya. Selanjutnya bagaimana menerapkan model pembelajaran ini? Ada lima hal yang perlu dipertimbangkan :
a. Pikirkan bagaimana menata siswa untuk berpasangan dalam kelompoknya.
b. Tunjukkan materi saji yang akan dipelajari siswa secara lisan untuk mendapatkan tanggapan dari siswa. Pastikan jawaban yang diberikan siswa memerlukan pikiran mereka dan yang pasti banyak ragamnya.
c. Mintalah siswa untuk bekerja secara individu terlebih dahulu, berpikir tentang jawaban dan bisa ditulis walaupun tidak selalu dan tidak harus ditulis.
d. Umumkan pasangannya dalam kelompok dan persilahkan mereka untuk saling berbagi ide atau jawaban. Ingatkan bahwa dengan pasangannya bekerja atau berbicara secara lembut terlebih dahulu.
e. Akhirnya, panggil pasangan-pasangan tersebut secara bergantian untuk menyampaikan ide atau jawabannya di depan kelas. Dan untuk meyakinkan bahwa siswa yang lain mendengarkan, maka mintalah mereka untuk mengulangi dan bertanya apakah mereka menyetujui atau tidak apa yang telah mereka bagikan.
Penggunaan “Games” Dalam Proses Belajar Mengajar.
Pengajaran Bahasa Inggris yang efektif dan inovatif serta dalam situasi yang menyenangkan, memberikan kesempatan yang banyak pada para siswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan komunikasi yang bisa mendorong mereka untuk selalu menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang efektif dan inovatif ini juga membuat para siswa senang belajar dan senang menggunakan Bahasa Inggris. Dengan demikian, situasi yang menyenangkan dalam kelas dapat menciptakan dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
Kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah kompetensi komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Harapannya adalah bahwa pembelajaran Bahasa Inggris seharusnya menyediakan banyak kesempatan kepada para siswa untuk berlatih menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Dalam menciptakan situasi berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, pemberian contoh atau model yang menyenangkan jelas akan membantu mereka melaksanakan kegiatan belajar Bahasa Inggris dengan penuh motivasi dan menggairahkan.
Menurut Jill Hedfield (1984: 27) dalam bukunya “A collection of games and activities for intermediate and advance students of English”, sebuah permainan (game) adalah aktivitas yang dilengkapi dengan sebuah sasaran dan elemen kegembiraan (fun). Lebih lanjut ia juga mengklasifikasikan berbagai bentuk games, yaitu permainan yang bersifat kompetisi (competitive game) dan permainan yang sifatnya kooperatif (co-operative game). Dalam competitive game, para peserta berlomba menjadi yang pertama dalam meraih sasaran. Sedangkan dalam cooperative game, para peserta atau kelompok bekerja secara bersama-sama untuk meraih sebuah sasaran umum.
Alasan Penggunaan “Games” Dalam Pengajaran Bahasa Inggris.
Peran permainan (games) dalam pengajaran Bahasa Inggris menurut Jill Hedfield (1984: 45) adalah bahwa inklusi games sebagai sebuah bagian integral dari silabus bahasa menyiapkan sebuah kesempatan pemakaian bahasa yang intensif, praktik yang menawarkan sebuah konteks dimana digunakan dengan pengertian penuh dan sebagai sebuah alat, serta sebagai alat diagnostik bagi guru. Dengan penggunaan games dalam proses belajar mengajar,baik guru maupun siswa akan merasakan nuansa yang sangat menyenangkan.
Menurut Andrew Wright, David Betteridge and Michael Buckby (1984) dalam makalahnya yang berjudul From 'Games for Language Learning' yang dimuat di Cambridge University Press, mengatakan bahwa belajar bahasa adalah pekerjaan yang sangat berat. Usaha selalu diperlukan setiap saat dan harus dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Disinilah permainan (games) membantu dan menyemangati para siswa untuk mempertahankan ketertarikannya dalam melakukan kegiatana belajarnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa games juga membantu para guru untuk membuat konteks yang mencerminkan bahwa bahasa itu berguna dan berarti. Para siswa ingin ambil bagian dalam cerminan tersebut untuk memahami apa yang orang lain sedang katakan atau yang telah ditulis, mereka juga harus berbicara dan menulis untuk mengungkapan sudut pandangnya atau ketika ingin memberikan informasi.
Pendekatan kebermaknaan dalam pengajaran Bahasa Inggris telah diterima dan diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Sebuah interpretasi kebermaknaan yang berguna adalah bahwa para siswa merespon terhadap isi dari suatu cara yang pasti. Jika mereka tersentuh emosionalnya dengan merasa senang, marah, terusik atau heran terhadap materi atau bahan ajar adalah hal yang jelas bahwa itu sangat berarti baginya. Dengan demikian pengertian bahasa yang mereka dengar, baca dan katakan serta tuliskan menjadi pengalaman yang sangat luas dan akan diingat dengan baik. Dan jika diterima bahwa ‘games’ dapat menyiapkan atau menyediakan kegiatan yang menggairahkan dan penuh arti dalam praktik berbahasa, maka ‘games’ juga dapat dianggap sebagia pusat dari inovasi model pembelajaran bagi guru yang tentunya tidak hanya diterapkan pada saat-saat tertentu saja tetapi seringkali digunakan untuk terciptanya suasana belajar bahasa yang menyenangkan.
Waktu Menggunakan Games Dalam Pengajaran Bahasa Inggris.
Menurut Aydan Ersoz (2000) dalam jurnalnya yang berjudul 'Six Games for the EFL/ESL Classroom', ‘Games’ membuat motivasi tinggi karena menyenangkan dan menarik. Dan games dapat digunakan pada semua aspek ketrampilan Bahasa Inggris serta dapat diterapkan dengan berbagai tipe komunikasi. ‘Games’ seringkali hanya digunakan sebagai kegiatan pendek sebagai pemanasan atau ketika ada sisa waktu diakhir pelajaran. Dikatakan juga bahwa ‘games’ diberlakukan sebagai pusat pembelajaran bahasa asing bukan sekedar pelengkap saja. Artinya, lebih lanjut dikatakan bahwa ‘games’ dipergunakan dalam kelas bukan karena guru dan siswa tidak ada hal-hal yang perlu dikerjakan, tetapi ‘games’ adalah merupakan jantung dari pengajaran bahasa asing.
Cara Memilih Games
Menurut Tyson yang dirangkum ulang oleh Yin Yong Mei and Jang Yu-jing (2000):
* A game must be more than just fun.
* A game should involve "friendly" competition.
* A game should keep all of the students involved and interested.
* A game should encourage students to focus on the use of language rather than on the language itself.
* A game should give students a chance to learn, practice, or review specific language material.
Secara singkat pendapat tersebut diatas dapat diartikan bahwa penerapan ‘games’ juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
· Lebih tidak hanya sekedar hal yang menyenangkan saja.
· Meliputi kompetisi yang bersahabat.
· Membuat semua siswa terlibat dan merasa senang.
· Mendorong siswa memusatkan pada penggunaan bahasa lebih dari terhadap bahasa itu sendiri
· Memberi kesempatan kepada para siswa untuk belajar, berlatih dan mengulang materi bahasa yang spesifik.
Pengajaran Reading (Procedure Text):
Beberapa tahun terakhir, pengajaran Bahasa Inggris aspek reading dikenal dengan istilah “genre”. Istilah tersebut erat hubungannya dengan materi bacaannya. Berbagai jenis atau tipe Teks bacaan yang dimaksud diantaranya adalah: Recount, Report, Narrative, Descriptive, Procedure dan banyak lagi tipe-tipe lainnya.
Procedure Text memiliki tujuan komunikatif yaitu memberikan petunjuk cara melakukan sesuatu melalui serangkaian tindakan atau langkah-langkah. Sedangkan struktur teks bacaannya dimulai dengan tujuan kegiatan atau judul, kemudian bahan-bahan serta yang terakhir adalah langkah-langkah. Dalam teks tipe ini memiliki ciri kebahasaan, berpola kalimat Imperative, dengan menggunakan kata Action Verb, dan Connectives untuk mengurutkan kegiatan, serta Adverbials untuk menyatakan rinci waktu, tempat, cara yang akurat.
Langkah-Langkah Kegiatan Belajar Mengajar:
1. Siswa dibagi kelompok sesuai dengan kebutuhan (jumlah berdasarkan tingkat kesukaran materi).
2. Dibagikan alat peraga faktual (bekas bungkus makanan, minuman yang masih ada lebel cara pemakaian dan sebagainya- tentu yang berbahasa inggris). Bagian ini dimaksudkan unsur ‘Games’
3. Kelompok mendiskusikan isi atau maksud lebel tersebut dengan membuat teks tertulis pendek sebagai bahan untuk dipresentasikan. Bagian ini masuk tahapan Think-Pair.
4. Hasil dari diskusi kelompok dipresentasikan didepan kelas (akan lebih sempurna, apabila ada bantuan seperangkat komputer-lcd, dimana lebel bisa di-scan dan ditayangkan berikut teks pendek dengan program power point). Bagian ini masuk tahapan Share.
5. Bila waktu masih memungkinkan, masing-masing kelompok bertukar lebel dengan pembahasan dan penyajian yang berbeda harapannya. Bagian ini masuk unsur ‘Games (competitive&cooperative)’.
Langkah-Langkah Evaluasi (dimungkinkan):
1. Penilaian aspek reading, pada saat kelompok berdiskusi. Dengan memperhatikan unsur “Comprehension”
2. Penilaian aspek writing, hasil teks pendek sebagai salinan teks pada lebel asli. Dengan melihat unsur tata bahasa, kosakata.
3. Penilaian aspek speaking, pada saat presentasi. Dengan memperhatikan, fluency, pronunciation.
4. Penilaian Listening, pada saat presentasi ada tanggapan dari siswa kelompok lain. Dengan memperhatikan “meaningfulness”
Kita tentu masih ingat pakar pendidikan yang bukunya sangat terkenal dan teorinya banyak dipakai oleh banyak pendidik atau pemerhati pendidikan sampai dengan saat ini, yaitu Dick & Carey dalam bukunya “The Systematic Design Of Instruction“, tentang model pendekatan system yang mengilustrasikan bahwa kinerja seseorang dalam melaksanakan kegiatannnya bagaikan orang memasak, bahwa dengan penataan dapur sendiri, racikan bumbu atau resep sendiri akan menghasilkan masakan yang unik dan lezat. Sebagai pendidik tentu tidak hanya dituntut untuk mengembangkan dan menguasai bidang studi keahlian kita saja melainkan juga dituntut untuk mampu mengalihkan keahlian kita itu kepada para siswa, sehingga terjadi transformasi nilai, sikap dan kemampuan pada diri mereka. Ini merupakan salah satu tugas utama dan professional sebagai seorang pendidik.
Daftar Pustaka
Kagan, S. (1994). Cooperative learning. San Juan Capistrano, CA: Kagan’Cooperative Learning.
Jill Hedfield. (1984). A collection of Games and Activities for Intermediate and Advanced students of English.
Andrew Wright, David Betteridge and Michael Buckby. (1984). Games for language Learning. Cambridge University Press.
Aydan Ersoz. (2000) .The Internet TESL Journal, Six Games for the EFL/ESL Classroom Vol. VI, No. 6, June 2000. http://iteslj.org/
Yin Yong Mei and Jang Yu-jing. (2000). Daejin University ELT Research Paper. Fall, 2000.
Dick, W. & Carey L. 1978. The Systematic Design of Introduction. Illnois: Scott & Co. Publication.

SELAMAT DATANG ”YBPK NEW INSTRUCTION PARADIGM”

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Semaraknya program sertifikasi guru yang dicanangkan oleh pemerintah, menjadikan semangat baru bagi para guru di negeri ini. Sebab wacana yang berkembang di masyarakat, banyak yang menginginkan supaya “pahlawan tanpa tanda jasa” ini mendapatkan penghargaan yang semestinya. Yang menarik dari program ini adalah tidak semata-mata dengan memberikan tambahan pendapatan bagi para guru, tetapi juga penilaian akan kelayakan bagi guru supaya benar-benar profesional dengan cara menilai kinerja dan faktor pendukung lainnya diluar kegiatan mengajarnya yaitu dengan cara mengumpulkan piagam-piagam penghargaan atau berkas-berkas sejenisnya yang sering disebut dengan penilaian “forto-folio”. Lepas apakah ada yang berbuat tidak semestinya saat mengumpulkan berkas-berkas tersebut, namun pemerintah mengatasinya dengan mengadakan pelatihan bagi guru yang dinyatakan tidak berhasil saat penilaian forto-folionya.
Bagaimana dengan keluarga besar YBPK-GKJW berkenaan dengan program pemerintah tersebut ? Melalui pertemuan para pengurus yang secara rutin dan pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan dengan beberapa yayasan-lembaga lain yang berkecipung dengan dunia pendidikan, YBPK-GKJW berkeinginan menciptakan paradigma baru di setiap lini, yang intinya adalah mengembangkan tidak hanya pada proses perkembangan kelembagaannya tetapi juga mengembangkan proses pengembangan pengajaran ataupun pembelajaran. Kita bisa melihat bahwa rencana ini nampaknya telah menjadi program yang sebenarnya sejak lama menjadi bahan pemikiran pengurus YBPK-GKJW, dimana jauh sebelum bergulirnya wacana sertifikasi, telah dilakukan pembenahan-pembenahan yang telah kita rasakan.
Dari lini keorganisasian atau kelembagaan, YBPK-GKJW di tingkat “pusat” ada nuansa baru dengan adanya kecenderungan penajaman kejelasan kinerja dimana kita sekarang akan mengenal “Pembina-Pengurus-Pengawas” semua bagian terisi dengan personalia yang diharapkan melakukannya dengan sepenuh hati dan menjaga keprofesionalitasnya. Kita semua berharap bahwa setiap pribadi yang ada dalam lingkup “pengurus pusat” dapat menjadi konvokator yang baik bagi kita semua.
Menurut pengamatan sederhana, secara umum bahwa yang menjadi sasaran kita saat ini adalah perolehan siswa yang signifikan, peningkatan SDM secara keseluruhan serta peningkatan dan atau penataan sarana prasarana. Ketiga sasaran tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, dimana supaya mendapatkan siswa yang signifikan tentu harus disertai peningkatan kualitas SDM dan kelengkapan sarana prasarana sebagai pendukungnya. Demikian sebaliknya ketika kita mendapatkan siswa yang signifikan tentu ada pemasukan dana yang memadai yang semestinya akan dipergunakan dalam meningkatkan peran dan peranan SDM dan pembenahan sarana prasarana sebagai penunjangnya. Dari sudut pandang lainnya, ada satu hal yang membanggakan sebetulnya bagi kita semua ketika kita berbicara tentang peningkatan kualitas SDM nya, yaitu disamping kita lebih profesional karena adanya pelatihan-pelatihan, juga pendapatan kita juga diharapkan ada peningkatan seperti yang telah dirasakan dibeberapa unit sekolah beberapa bulan terakhir ini dimana ada banyak perhatian yang telah diberikan oleh Jemaat setempat, bahkan ada hasil persidangan Majelis Daerah yang salah satu keputusannya adalah setiap Jemaat mengadakan kantong persembahan khusus pada minggu tertentu setiap bulan untuk diserahkan kepada unit sekolah YBPK yang ada dalam “wilayah pelayanan” Majelis Daerah tersebut.
Pembenahan kelembagaan dilakukan dengan harapan bisa menjawab tantangan saat ini dengan banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan partnership kita ( maaf saya memilih kata partnership daripada kompetitor) yang siap berkiprah bersama mendidik anak-anak bangsa di era globalisasi ini. Namun demikian perlu kiranya kita memperhatikan pemikiran pemikiran berikut ini sebagai bahan masukan berkaitan dengan pembenahan atau penyempurnaan kelembagaan kita yaitu dengan mengambil langkah-langkah praktis dimana kita seharusnya :
v Mengamati dalam arti mengontrol diri atau “mawas diri” akan apa yang sedang kita atau YBPK-GKJW lakukan selama ini yang ditujukan kepada arah pengembangan di semua lini.
v Menentukan dengan cara saling memberi masukan/saran kritik yang membangun apa yang seharusnya dilakukan diantara kita di masa yang akan datang terhadap pengembangan di semua lini.
v Menganalisa terhadap perubahan-perubahan yang terjadi diluar lembaga / perhimpunan kita yang bisa mempengaruhi pengembangan di semua lini sebagai bahan kajian bagi kita.
v Klarifikasi dan lakukan penekanan beberapa program kegiatan yang telah dan sedang dilakukan apakah masih relevan diterapkan/dilanjutkan dalam rangka membantu YBPK-GKJW dalam memenuhi kebutuhannya, mencapai misinya dan menyadari tujuan perencanaan strategi dan sasarannya.
v Identifikasi sumber-sumber yang terbaik seperti bakat dan sumber daya yang kita miliki karena pasti ada banyak bermunculan pribadi-pribadi yang berubah dan sangat berkompeten tetapi belum pernah terlihat atau terdengar untuk mengimplementasi bakat dan kemampuannya dalam rangka membantu pengembangan di semua lini.

Selanjutnya secara lebih khusus kita bisa merenungkan apa yang telah terjadi di YBPK-GKJW kita terhadap perhatiannya kepada peningkatan SDM. Ada banyak kegiatan yang seharusnya dilakukan kepada kita keluarga besar YBPK-GKJW. Ada banyak pelatihan yang seharusnya dilakukan baik yang ditujukan kepada para Kepala sekolah, guru maupun karyawan. Kita tentu masih ingat pakar pendidikan yang bukunya sangat terkenal dan teorinya banyak dipakai oleh banyak pendidik atau pemerhati pendidikan sampai dengan saat ini yaitu Dick & Carey dalam bukunya “The Systematic Design Of Instruction “ di edisi kelimanya, tentang model pendekatan system yang mengilustrasikan bahwa kinerja seseorang dalam melaksanakan kegiatannnya bagaikan orang memasak, bahwa dengan penataan dapur sendiri, racikan bumbu atau resep sendiri akan menghasilkan masakan yang unik dan lezat. Sebagai orang yang masuk dalam tim di dunia pendidikan, kita tidak hanya dituntut untuk mengembangkan dan menguasai bidang studi keahlian kita saja melainkan juga dituntut untuk mampu mengalihkan keahlian kita itu kepada para siswa, sehingga terjadi transformasi nilai, sikap dan kemampuan pada diri mereka. Ini merupakan salah satu tugas utama dan profesional sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Peran ini sangatlah perlu dikembangkan, dan inilah yang sedang kita renungkan untuk segera diimplementasikan, dimana lembaga kita YBPK-GKJW memulai dengan menggarap kita sebagai tenaga pengajar. Kita tentunya mempunyai banyak asumsi mengapa ini dilakukan terhadap tenaga pengajar, menurut analisa yang berkembang karena adanya beberapa asumsi yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan :
1. Tenaga pengajar merupakan sumber pendidikan yang paling penting.
2. Kualitas keilmuan dan keprofesionalannya sangat perlu ditingkatkan karena tuntutan kondisi dan tantangan dunia.
3. Mengajar merupakan serangkaian sikap, pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan nilai yang komplek, sehingga seharusnya dihindari penanganan secara sederhana.
4. Tidak ada satu model, pendekatan atau teknik yang abadi atau tunggal yang dapat diterapkan sepanjang masa untuk menjadikan proses belajar-mengajar yang efektif.
5. Keberagaman karakteristik siswa yang memiliki kemampuan, minat, latar belakang serta orientasi yang berbeda juga perlu ditanggapi dengan memberikan pengalaman belajar yang berbeda.

Dari pertimbangan diatas yang berangkat dari asumsi-asumsi yang ada, maka tentunya ada kelanjutan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh lembaga kita, YBPK-GKJW yaitu : (menurut saya, perlu : )
1. Pengembangan professional, yang berupa peningkatan kompetensi pengajaran.
2. Pengembangan ketrampilan pendukung kompetensi pengajaran, yaitu perencanaan dan pengelolaan pengajaran, penilaian, penggunaan berbagai macam metode, media dan ketrampilan khusus lainnya.
3. Peningkatan motivasi dan kegairahan kerja yang menuju kepada peningkatan kepuasan intrinsik (baca: hakiki).
4. Peningkatan ketrampilan hubungan antar pribadi serta pemahaman yang lebih baik terhadap teman sejawat terlebih dengan siswa.
5. Pertumbuhan dalam jabatan.

Itu semua adalah harapan kita sebagai unsur SDM yang akan diperhatikan, sebab tentu YBPK-GKJW sangat memahami bahwa pengembangan tenaga pengajar (instructor development) merupakan bagian inti dari pengembangan kelembagaan (institutional development). Yang perlu kita pahami bersama adalah untuk peningkatan kualitas SDM tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa adanya pendukung untuk penyelenggaraan kegiatan itu. Yang dimaksudkan disini adalah kondisi yang mendukung yang mendorong dan menarik untuk memprakarsai dalam melaksanakan pembaharuan, suatu iklim yang menggairahkan. Sebagai pendukungnya diantaranya adalah :
1. Dukungan Moral dan Kebijakan :
Dukungan ini diperlukan dari seluruh jajaran Pengurus Pusat maupun Cabang hingga para Kepala Sekolah. Dukungan ini sangat menentukan dalam meningkatkan aktivitas instruksional atau pengajaran. Tanpa ada perhatian dan dukungan, maka semangat dan dedikasi sumber daya manusia akan menurun atau bahkan susut.
2. Dukungan Organisasi/ Lembaga
Dukungan moral perlu diterjemahkan dalam serangkaian tindakan. Untuk penerjemahan dan penyusunan serangkaian tindakan itulah diperlukan adanya dukungan organisasi, yaitu lembaga yang terus – menerus melaksanakan fungsi pengelolaan dan pelaksanakannya, yaitu suatu organisasi yang seperti kita miliki dimana penekanan kita bukan lembaga struktural tetapi secara fungional lembaga kita terbentuk.
3. Dukungan Tenaga Ahli
Adanya tenaga ahli yang berdedikasi serta memiliki keahlian khusus, dan ini adalah juga merupakan prasyarat mutlak untuk berfungsinya suatu lembaga. Pembinaan personalia pengajar pada lembaga kita semestinya segera kita rasakan, yaitu yang ditangani oleh jajaran Pengurus, hanya mungkin ada pikiran yang berbeda bahwa kita perlu berkolaborasi dengan para pakar dan konsultan ahli yang memiliki kepedulian dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
4. Dukungan Dana
Dukungan ini mungkin merupakan masalah besar, karena semua lini dalam kelembagaan kita memerlukan dana. Dalam jangka panjang akan terlihat ketercapaian efektifitas dan efisiensinya. Dukungan dana ini seringkali merupakan bukti penting akan adanya dukungan moral dari pengurus. Di lembaga kita nampaknya sangat diperlukan adanya bagian yang mengelola hal ini yang tidak lagi secara tradisional.
5. Dukungan Fasilitas
Fasilitas yang dimasudkan disini tidak hanya berupa fisik, yang hanya berupa gedung, media, peralatan dan sebagainya. Tetapi juga diperlukan dukungan fasilitas nonfisik, yaitu berupa kemudahan dan kesempatan dalam melaksanakan atau mengikuti suatu kegiatan.

Kita tentu sepakat bahwa semua di dunia itu tidak kekal. Paradigma penataan kelembagaan yang sudah mapanpun akan mengalami perubahan kearah paradigma baru dengan adanya penemuan baru, artinya proses terjadinya perubahan paradigma diawali dengan adanya keyakinan akan suatu paradigma yang terusik oleh sejumlah penemuan atau kondisi baru, sehingga timbul keraguan atas paradigma yang telah diyakini atau dimiliki sebelumnya. Namun seharusnya keraguan itu diikuti oleh sejumlah usaha untuk mengatasi atau mencari penyelesaian terbaiknya, disertai dengan tumbuhnya kesadaran untuk menggabungkan beberapa ide, konsep pemikiran, yang pada akhirnya menciptakan paradigma baru.itulah harapan kita, dengan pertolongan Tuhan, semoga berhasil.
Demikian yang dapat saya tulis untuk menjadi perenungan kita bersama, apabila ada sesuatu yang tidak berkenan mohon dimaafkan. Tuhan memberkati.

Salam hangat,

Yohanes.Didik.S.