Senin, 06 Desember 2010

Ringkasan Khotbah

IBADAH MINGGU
21 NOPEMBER 2010
FIRMAN PENGANTAR
AMSAL 3: 5
PENGAKUAN DOSA
MAZMUR 51:3-9
BERITA ANUGERAH
AMSAL 5 : 1-2
BACAAN ALKITAB
2 SAMUEL 5 : 1-3
KOLOSE 1 : 15-20
LUKAS 23: 35-43

RAJA DAUD
Tidak pernah membanggakan diri, mempersilahkan Tuhan berkarya sesuai dengan kehendak dan kemuliaanNya

RASUL PAULUS
Yesus sebagai yang mulia dan berkuasa serta yang utama sehingga Jemaat Kolose sadar dan menempatkan diri dibawah kuasa Allah.

Fokus utama Bacaan 3: adalah makna gelar “Kristus sebagai Raja”

Makna motif utama tulisan dari Pontius Pilatus di atas kayu salib ?
• Sesungguhnya tulisan diatas kayu salib itu mengandung suatu ejekan atau suatu bentuk hinaan pemerintah Romawi untuk mempermalukan Tuhan Yesus serta orang-orang Yahudi.

PERBEDAAN PENGAKUAN

JENDRAL ROMAWI : Disambut dengan meriah dan dielu-elukan.
YESUS KRISTUS : Disambut dengan ejekan dan hinaan.

• “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!” (Luk. 23:39).
• “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Luk. 23:40-41).

Melihat Dengan Mata Iman
• Pengakuan imannya meluncur dari lubuk hatinya yang hancur
• Mengingat secara sadar akan kesalahan dan dosa yang pernah dibuat selama hidupnya.
• Jadi pengakuan penjahat pada hakikatnya merupakan suatu pengakuan dan permohonan agar Tuhan Yesus berkenan mau mengasihani dan mengampuni dia, sehingga dia dapat diselamatkan oleh rahmatNya.

“Sungguh, orang ini adalah orang benar” (Luk. 23:47).

Kepala pasukan

Mengakui Yesus sebagai Raja dan orang benar.
• Ketika melihat secara langsung penderitaanNya yang sangat hina dan kematianNya yang tragis.
• Tidak terpengaruh oleh pemahaman dan tradisi bangsa Romawi.
• Dengan mata iman, melihat kemuliaan Kristus di saat Dia menghadapi kematian yang begitu hina.

Dengan demikian penjahat di sebelah salib Kristus dan kepala pasukan Romawi itu memiliki pengakuan iman yang melampaui keterbatasan jasmaniah.

Mereka mampu melihat cahaya kemuliaan dan kekuasaan Tuhan Yesus sebagai Raja justru ketika Tuhan Yesus berada dalam situasi yang paling hina dan batas akhir kehidupan dianggap paling tragis.

Belajar dari sikap iman Penjahat Kepala pasukan Romawi

• Menemukan rahasia iman kepada Kristus yang adalah Raja justru ketika kita berada dalam situasi yang paling buruk, gagal, sangat menyedihkan dan tragis.
• Dalam kondisi yang demikian kita sama sekali tidak melihat “titik terang” kemuliaan Kristus sebagai Raja dan Juru-selamat dalam kehidupan kita.

Bagaimana dengan kita?

• Bagaimana sikap kita ketika kita berada dalam situasi yang sangat buruk, pahit dan menyedihkan?
• Apakah kita juga mau dengan hati yang tulus dan penuh kasih memuliakan Kristus sebagai Raja justru ketika kita mengalami kesedihan, kegagalan dan penderitaan yang sangat berat?

Jumat, 19 November 2010

IBADAH MINGGU 31 OKTOBER 2010 GKJW WARU

IBADAH MINGGU 31 OKTOBER 2010
GKJW JEMAAT WARU
SABDA PAMBUKANING IBADAH
Mazmur 6 : 5
Gesang Pandhereke Gusti

PANGAKENING DOSA
JABUR 51: 3-5
PAWARTOS RAHAYU
WULANG BEBASAN 7 : 1-3
WAOSAN KITAB SUCI
2 TESALONIKA 1: 1 – 2:2
LUKAS 19 : 1-10

WAOSAN I:
Kacariosaken bilih pasamuwan ing Tesalonika punika saweg bingung lan kuwatos tumrap pawartos bab kratone Allah ingkang badhe rawuh, awit ing griku Gusti Yesus dalah para malaikat badhe paring kaadilan lan piwales dumateng tiyang ingkang sengit kaliyan pandhereke Gusti, pasamuwan ngrumaosi bilih gesangipun taksih asring nerak karsaning Gusti.
Paulus :
Ngengetaken bilih Gusti leres badhe paring piwales nanging tumrap tiyang ingkang wanuh kaliyan Gusti lan tiyang ingkang nerak Injil lan sengit dumateng pandhereke Gusti, nanging tiyang pitados badhe angsal kamardikan lan gesang kebak kamulyaning Gusti.

PAULUS
Nyuwun supados pandhereke Gusti tansah saos syukur, tuwuh kekiyatan iman kapitadosanipun,
sumeleh tumrap sadaya panindhes lan sregep dendonga.

WAOSANII:
Lukas nyerat bab Zakheus, Juru mupu beya ingkang nggadhahi krenteg badhe nderek Gusti Yesus, lan saguh nampi sedaya samukawis lantaran dados pandhereke Gusti.

3 Patrap Kapendet Zakheus:
Mulihaken sesambetan.
Ngenggalaken diri pribadi.
Mujudaken tanggel jawab.

Mulihaken Sesambetan.
Zakheus tiyang Yerikho punika kaanggep tiyang ingkang awon, antheke penjajah.
Mbudidaya supados saged ningali Gusti Yesus kanthi minggah wit anjir.
Kabingahan dumawah saweg Gusti Yesus ningali lan nimbali ateges bilih sesambetan kapulihaken.

Ngenggalaken Diri Pribadi.
Griyaning Zakheus piniji dados panggenan ngaso Gusti sanes griyaning para imam.
Karahayon ageng tumrap Zakheus sabrayat.
Karahayon mujudaken pamratobat tumrap diri pribadi Zakheus.

Mujudaken Tanggel Jawab
Kaslametan ingkang katampi dening Zakheus mujudaken kabingahan ageng.
Wujude kabingahan kalairaken kanthi maringaken sepalih barang darbekipun.
Tanggel jawab ndherek Gusti kedah kaetrapaken.

Pitakenan Dumateng Kitha:
Punapa purun nyambung sesambeten ingkang saweg pedhot?
Punapa ugi ngakeni bilih asring dumawah wonten ing dosa lan saguh nampeni kabingahan kanthi pamratobat?
Punapa saguh bilih wujude kabingahan kitha ugi saged karaosaken dening sesami?

Kadospundi Tumrap Kitha?
Sinau kadosdene Zakheus mbudidaya pinanggih kaliyan Gusti Yesus sanadyan kathak pepalang.
Nelangsani gesang tumuju pamratobat.
Ngetrapaken tanggel jawab dados rencang damel Gusti.

PERSEMBAHAN YANG SEJATI

BACAAN : ROMA 12:1-2

Kasih Allah yang begitu ajaib di dalam Kristus Yesus itu mengubah segala sesuatu dalam kehidupan kita untuk menjadi lebih baik. Paulus mengatakan “Karena itu demi kemurahan Allah, yaitu demi semua yang sudah kita lihat, yaitu betapa kedahsyatan dosa yang membuat manusia menuju kepada kebinasaan yang kekal, kasih Allah yang begitu ajaib dalam Kristus Yesus, karena itu aku menasehatkan kamu untuk mempersembahkan tubuhmu. Ini artinya jelas menunjukkan bagaimana respons yang seharusnya kalau kita mengerti kemurahan hati Allah, kita mengerti Bapa yang menunggu dari hari ke hari untuk kita kembali kepadaNya. Maka kita tidak menyia- nyiakan anugerah Allah yang seperti demikian tetapi justru kehidupan kita yang sudah diubahkan itu dipersembahkan sebagai satu respons kepada Tuhan yang telah mengasihi kita.
Ungkapan “karena itu” menunjukkan satu penekanan kepada konsekuensi logis. Karena sesuatu yang terlebih dahulu telah dinyatakan, konsekuensi logis dari semua kemurahan Allah yang begitu besar yang telah memberikan AnakNya, maka kita harus mempersembahkan diri kita. Kalimat “ibadah yang sejati” berkonsekuensi logis bahwa persembahan ibadah itu adalah sebagai sesuatu yang masuk akal, artinya kalau kita telah mengalami kemurahan hati Allah yang begitu luar biasa, kalau kita telah mengerti bagaimana kasih Allah begitu besar datang berkorban bagi kita, maka dengan begitu kita bisa lebih mengerti, untuk bisa memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai suatu respons. Di dalam konteks Natal kita dapati orang Majus yang mencari raja yang telah lahir, dan waktu mereka melihat bintang itu kemudian mereka berjumpa dengan Yesus, mereka menyembah Dia. Siapa yang mau menyembah seorang Anak kecil seperti itu? Mereka datang menyembah dan mereka mempersembahkan persembahan mereka yang terbaik. Apa artinya kita lihat di sini? Kalau orang Majus yang hanya berjumpa dengan Yesus yang masih anak itu menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik, Amat berdosalah orang yang sudah melihat karya Kristus, yang sudah mati di kayu salib, yang bangkit dari antara orang mati, naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, lalu kemudian tidak menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik untukNya. Maka kata Paulus dengan jelas, tahu dirilah. Jangan seperti orang Israel, semakin diberkati semakin kurang ajar, semakin diberkati semakin tidak tahu diri.
Penggunaan kata “menasehatkan” dan “mempersembahkan tubuh” adalah gabungan dua kata kerja yang menunjukkan kata perintah. Di sinilah Paulus memerintahkan kita sekali untuk seterusnya kita mempersembahkan tubuh kita, tidak ada lagi cadangan buat kita tetapi betul-betul kita mau ada buat Tuhan kapan saja. Tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kristus tidak ada penghukuman bagi kita, itu adalah kemurahan Allah yang luar biasa. Dan demikian apapun dan bagaimanapun kehidupan kita, ketelanjangankah, penganiayaankah, kuasa-kuasa yang lain, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Karena itu biar kita mempersembahkan diri kita satu kali untuk selamanya dan kita tidak akan pernah menjadi kecewa.
Bagaimanapun persembahan diri kita adalah ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati ini maksudnya ibadah yang rohani, ibadah yang spiritual itu mempunyai arti keduanya yaitu sangat masuk akal karena kemurahan Allah dan sebagai sesuatu yang bersifat spiritual karena kita mempersembahkan tubuh kita yang sudah mati dan bangkit bersama Kristus. Kita bukan mempersembahkan tubuh kita yang berdosa, tetapi tubuh yang telah ditebus oleh darah Kristus, yang ditebus bukan dengan emas atau perak tetapi oleh darah Anak Domba yang mahal dan yang tidak bernoda dan tidak bercacat itu. Dalam karya Kristus itulah diri kita yang telah diperbaharui ini kita persembahkan sebagai persembahan rohani. Artinya, di sini bukan persembahan yang mati, bukan persembahan yang seperti binatang-binatang dalam “Kitab Perjanjian Lama”, tetapi di sini adalah satu kehidupan rohani kita yang sudah diperbaharui, dipersembahkan sebagai satu persembahan yang kudus dan yang berkenan kepada Dia.
Tuhan berkenan kepada persembahan seorang janda yang hanya dua peser. Bukan soal apa yang dipersembahkan tetapi bagaimana dia persembahkan yaitu seluruh hidupnya yang dia persembahkan. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria akan datang waktunya penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran. Yaitu suatu sikap kehidupan yang nyata yang diberikan kepada Tuhan, yang kudus dan yang berkenan. Sehingga janganlah karena kita nama Allah dihujat. Alangkah celakanya kalau kita dengar orang menghujat Tuhan karena gereja yang tidak karu-karuan. Persembahan yang kudus, yang berkenan kepada Allah, itu jelas. Sama sebagaimana orang Majus yang memberikan yang terbaik itu, demikian persembahan yang kita berikan for all dari dasar tahu diri kita persembahan dengan kudus dan tidak bercacat, tidak bercabang hati, dengan segenap hati mempersembahkan hidup kita.
Marilah kita persembahkan yang terbaik bagi Tuhan yaitu hidup kita. Bukan soal apa yang kau berikan tetapi bagaimana engkau memberikannya, dengan hati yang bagaimana kita memberikan hidup kita bagi Tuhan.

Sabtu, 12 Juni 2010

ROH SUCI NGGLADHI PARA UMAT

ROH SUCI NGGLADHI PARA UMAT
(Wulang Bebasan 8:22-31, Rum 5:1-5, Yokanan 16:12-15)

Guru sekolah minggu wonten ing tengah-tengahe pangibadah paring pitakenan kados mekaten “bocah-bocah piye carane supaya kitha bisa mlebu kratone Allah utawa swarga?. Warni-warni wangsulane para lare, antawisipun kados mekaten “rajin ndendonga bu, mboten pareng nangisan, bu, wonten malih ingkang paring wangsulan, asring paring permen dumateng kanca bu, nanging wonten malih wangsulan ingkang ingkan nggumunaken guru utawi pamong kalawau inggih punika “supados saged mlebet swarga bu, nggih kedah pejah rumiyin.
Wangsulan ingkang pungkasan kalawau, saestunipun leres, kanthi pangertosan ingkang kados mekaten. Miturut iman kekristenan, gesange tiyang Kristen menika lumampah wonten ing kalih wekdal lan panggenan, gesang wonten ing alam ndonya ngriki ingkang namun sawetawis wekdal kemawon lan gesang ingkang wonten ing swarga ingkang kasebat gesang langgeng wonten ing kratone Allah. Kitha Putranipun Allah punika badhe lumebet dateng gesang ingkang langgeng menawi Gusti Allah sampun nimbali, ateges gesang ing ndonya sampun karampungaken kanthi pratanda “pejah” utawi “kematian”.
Kitha ingkang tansah nggegilut sabda pangandikanipun Allah lan mboten kendat ngetrapaken wonten ing gesang saben nditenipun, tamtu mboten nggandahi manah ingkah kuwatos bab kematian awit kanthi pejah kalawau pratanda kitha badhe lumebet kraton swarga. Enget bilih Gusti Yesus sampun paring pranjanji, bilih panjenengane sampun nyiapaken panggenan kangge gesang langgeng tumrap tiyang pitados. Nanging kitha ugi sami lan kedah enget bilih sanes tiyang ingkang tansah nyuwantenaken Gusti-Gusti ingkang badhe lumebet dumateng kraton swarga, ananging tiyang ingkang tansah ngetrapaken pangandikanipun Allah wonten gesang ing saben nditenipun. Punapa kalebet kitha?
Ingkang dados kawigatosan kitha salajengipun inggih punika, supados kitha tansah gesang miturut pangreh lan pranatanipun Allah ing ndonya satemah mangke saged lemebet kraton swarga, punapa ingkang dados paugeran kitha, sinten ingkang dados gondelan kitha sapunika? Waosan kitha dinten punika (yokanan 16:12-15)ngengetaken bilih Gusti sampun prajanji, Gusti ngakeni bilih tansih kathak prekawis rikala semanten ingkang kedah kaparingaken dumateng para sakabat, nanging awrat tumrape para sakabat saged nggayuh pangertosan bab piwucal kalawau, saengga Gusti badhe paring Roh Panglipur, Rohing kayekten ingkang paring pangertosan supados langkung gamblang dumateng sinten kemawon ingkang wanuh lan pitados dumateng Gusti Allah, Inggih Gusti kitha Yesus Kristus. Roh suci punika ingkang badhe nuntun lampahe gesang wonten margi ingkang leres
Lajeng sinten tho sejatosipun Roh panglipur punika? Wulang bebasan 8:(22-31) kanthi cetha paring pangertosan bilih Roh panglipur punika Sang kawicaksanan kang nunggal kaliyan kapinteran ingkang tansah memucal kawruh lan kapinteran ingkang sampun wonten saderenge sedaya ing alam ndonya punika katitahaken, malah Sang kawicaksanan, Roh kayektenipun Allah punika nderek makarya saweg Gusti Allah nitahaken sedayanipun, katitik wonten ing ayat 30 nedhakaken bilih Sang Kawicaksanan, Rohing kayektening Allah punika kasebat “dadi putro kekasihe kang nyarengi Panjenengane”. Lan Rohing kayekten punika kalangenanipun dumateng manungsa ageng sanget wiwit wiwitan mula.
Wonten tigang perkawis ingkang dipun ayahi dening Sang Roh Suci:1. Panjenenganipun badhe nuntun lumebet dateng kawicaksanan lan kayektene Allah, 2. Panjenengane mboten badhe ngedika miturut karsane piyambak ajawi namun saking Gusti Yesus kemawon, 3. Panjenengane ugi badhe paring pawartos bab punapa ingkang badhe kadadosan ing tembe mangke.Sadaya kalawau katindaken supados Asmanipun Gusti Allah, inggih Gusti kitha Yesus Kristus kaluhuraken.
Langkung gamblang malih ing ngriku sejatosipun wonten pangertosan bilih Sang Roh Suci badhe ndadosaken tiyang ingkang dereng wanuh dumateng Gusti badhe sadar lan insaf lajeng pitados lan ndadosaken tiyang ingkang sampun pitados, sawetah gesangipun tansah lumebet dumateng margi ingkang leres kemawon. Ingkang medal saking sang Roh suci punika namung saking Yesus Kristus piyambak, punika ateges bilih sedaya piwucal ingkang kaserat wonten surat-surat rasul Paulus lan Wahyu punika kailhami dening Roh Suci, punika sejatosipun saking Gusti Yesus piyambak. Perkawis ing tembe mangke kang dipun wartosaken dening Sang Roh Suci nedhakaken supados kitha sami samsaya siap nampi rawuhe gusti Yesus ingkang kaping kalih.
Yesus, putrane Allah makarya namung kangge kaluhuran Gusti Allah sang Rama, Roh Suci, Sang kawicaksanan, Rohing kayektening Allah makarya kangge kamulyaning Sang Putro, lan sang Roh suci paring piwucal supados manungsa tansah raket kaliyan Yesus lan ngakeni inggih naming Gusti Yesus piyambak Gusti Kang Murbeng Dumadi, Gusti Kang Gesang, Gusti Kang sampun mbirat dosaning manungsa. Allah sang Rama ingkang kangungan karsa, Allah sang Putra nyampurnaken karsanipun Allah Sang Rama lan Sang Roh Suci nglajengaken karsanipun lumantar tiyang ingkang sampun pitados, inggih kula lan panjenengan sedaya.
Sampun cetha, sinten ingkang badhe dados gondelan kitha, ingkang tansah nuntun lampah kitha ngener wonten margi ingkang kebak kawicaksanan lan kayektene Allah. Kadosdene napa ingkang sampun kaserat wonten ing Rum 5:(1-5), nedahaken bilih gesang ingkang sampun katuntun kaliyan Sang Roh suci awujud iman kapitadosan punika tansah njagi sesambungan supados tansah raket kaliyan Gusti Allah piyambak. Miturut Paulus, sesambungan malih kaliyan Allah mboten namung dipun mangertosi bilih sedaya kalepetan kita kabucal lan mboten kanggep malih kaliyan Allah, ananging sesambungan kaliyan Allah kapulihaken sacara wutuh, rumiyin manungsa inggih kitha sami kaanggep mensah nanging sapunika manungsa kanthi katuntun dening Sang Roh Suci dados sakabate Allah ingkang nggadahi:
1. Kapitadosan,
2. Derek lumebet gesange Kristus ingkang sampun wungu saking antawisipun tiyang pejah,
3. Ngakeni bilih taksih kathak perkawis ingkang kedah dipun rampungaken kanthi resiko ingkang ugi kedah kitha adepi.
Tiyang ingkang sampun nampi kaslametan saking Allah, punika tansah tatag ngadepi sedaya perkawis, sanadyan perkawis ingkang awrat. Ingkang pungkasan sumangga kita ngraosaken tumrape tiyang ingkang tansah ngugemi pangandikanipun Allah punika:
1. Sedaya manungsa wonten ing salawase gesang mboten saged selak tumrape sedaya perkawis ing saben dintenipun. Menawi perkawise gesang kalawau kapasrahaken dumateng Gusti, sedayane badhe kapungkasi kanthi kebak kabingahan.
2. Allah mangertosi bilih kekiyatane manungsa punika winates, saengga Gusti ugi paring pangreh lumantar sih rahmatipun supados manungsa tansah ngadahi katresnan ingkang saking Allah supados ugi kaetrapaken wonten ing gesangipun, ingkang mboten namung migunani tumrap pribadi piyambak nanging ugi kangge sesaminipun.
3. Pitadosan dumatenag Allah sanes perkawis ingkang mirah lan gampil. Manungsa kedah ugi ngurbanaken sedaya pepinginanipun. Iman dumateng Kristus, manungsa tansah tekun, tatag ngadepi sedaya pacoban, lan tuwuh wonten ing pangajeng-ajeng.
4. Pitados dumateng Kristus ateges manungsa kedah tansah sinau mirengaken punapa ingkang Gusti Allah kersakaken lumantar pambisike Sang Roh Kayekten, inggih Sang Roh Suci ingkang tansah dedalem ing batos kitha manungsa.
Amin



Rabu, 21 April 2010

BAHAN PA BULAN APRIL 2010- Revisi

BACAAN : KEJADIAN 2

DASAR KELUARGA KRISTEN ( YANG HARMONIS)

Keluarga adalah sebuah organisasi pertama yang dibentuk oleh Allah, sehingga keluarga menjadi awal dari segala sesuatu. Ketika Allah melihat Adam sendiri, maka Allah mengatakan bahwa tidak baik apabila ia sendirian saja (Kejadian 2:18). Maka Allah pun menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, membawa Hawa kepada Adam dan menyatukan keduanya dalam sebuah hubungan yang suci (Kejadian 2:21-23).
Pertemuan Adam dan Hawa menjadi suatu peristiwa yang penting dalam sejarah kehidupan organisasi pertama di bumi ini. Merekapun diberkati Tuhan untuk menjadi satu keluarga (Kejadian 1:28). Keluarga baru itupun berdiri dengan prinsip abadi di segala zaman, yaitu bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu membentuk keluarga baru dengan istrinya (Kejadian 2:24), dan hidup dalam keintiman dan keakraban (Kejadian 2:25). Terwujudnya Ikatan lahir dan ikatan batin tanpa adanya paksaan tetapi berdasarkan hubungan cinta kasih antara suami dan istri.
Ikatan lahir dan batin antara Adam dan Hawa inilah merupakan prinsip dan dasar terwujudnya Keluarga Kristen yang diawali dengan sebuah pernikahan dengan memahami bahwa:
1. Perkawinan adalah antara seorang pria dan wanita (Kejadian 1:26-28).
Dengan kata lain, prinsip perkawinan Kristen adalah perkawinan satu laki-laki dan satu perempuan sejak dari awal dunia. Karena itu, kekristenan menolak dengan tegas segala bentuk poligami, poliandri maupun perceraian. Sebab, perkawinan merupakan kehendak dan rancangan dari Allah sendiri (Markus 10:6-9; 1 Korintus 7:10-11).
2. Perkawinan Awal adanya Keluarga Kristen yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang mandiri (Kejadian 2:24).
Setiap pasangan sebaiknya memisahkan diri dari keluarga besarnya dan membentuk keluarganya sendiri. “Memisahkan” bukan hanya tentang perubahan tempat, melainkan lebih tentang perubahan prioritas-prioritas dan kewajiban-kewajiban. Kewajiban utama seorang suami tidak lagi kepada orang tuanya, tetapi beralih kepada istrinya. Maksudnya, istrinya harus didahulukan daripada ibu dan ayahnya. Laki-laki harus menempatkan istrinya sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Bahkan ketika mereka dikarunia anak, istri harus tetap menjadi yang terutama, baru setelah itu anak-anak. Prinsip yang sama juga berlaku bagi seorang istri. Ia harus mendahulukan suaminya melebihi keluarganya sendiri.
3. “Menjadi satu daging”
Memberi makna bahwa hubungan laki-laki dan perempuan sebagai satu daging berbeda dari hubungan orang tua dan anak. Menjadi satu daging berarti “bersatu, atau melekat, dengan isterinya”. Maksudnya, mengacu pada hubungan yang tetap dan permanen tak terpisahkan antara suami dan istri dalam segala hal, baik aspek keintiman, seksual, komunikasi, keuangan dsb.
4. Perkawinan merupakan relasi yang sepadan (Kejadian 2:18)
Sejak awal dunia, Allah telah menetapkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang sederajat, seimbang dan sepadan. Hawa tidak diciptakan lebih rendah kedudukannya daripada Adam. Hawa justru menjadi penolong bagi Adam. Prinsip ini harus direnungkan dalam-dalam. Meskipun mungkin seorang pria kedudukannya lebih tinggi dari istri, lebih kaya dan sebagainya, namun Allah menuntut bahwa ia harus menghargai istrinya sebagai pasangan yang sepadan ( Amsal 18:22; Pengkotbah 4:9).
5. Perkawinan sampai maut memisahkan (Roma 7:2)
Ajaran Kristen dengan tegas mengatakan bahwa perkawinan hanya dapat berakhir saat salah satu pasangan meninggal dunia. Artinya, firman Tuhan menyatakan bahwa perkawinan Kristen adalah perkawinan yang berlangsung seumur hidup sampai maut memisahkan.

TERWUJUDNYA KELUARGA KRISTEN

Setidaknya ada tiga unsur dalam membangun keluarga, yaitu: keluarga harus dibangun atas dasar Komitmen, Cinta Kasih dan Komunikasi yang sehat. Alasannya adalah:
Keluarga tanpa komitmen rawan terhadap pengkhianatan.
Keluarga tanpa komunikasi mudah retak dan bertengkar.
Keluarga tanpa kehangatan cinta kasih rawan terhadap perselingkuhan.

Oleh sebab itu, setiap pasangan harus memperjuangan perkawinannya dengan sungguh-sungguh mengisi rumah tangganya dengan ketiga pokok tersebut. Bangunlah komunikasi yang jelas dan transparan antara suami istri. Hiduplah dalam kasih sayang dan cinta yang bergairah antara suami-istri. Hiduplah dalam komitmen bahwa perkawinan adalah ikatan seumur hidup yang harus dihormati. Maka, sebesar apapun gelombang dan arus kehidupan menerpa, keluarga Kristen yang dibentuk akan tetap tahan menghadapinya. Jadikanlah Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan keluarga, beribadahlah dengan sungguh dan setia maka Dia akan memberkati keluarga yang kita bangun (Ulangan 28:1-14).

Minggu, 28 Maret 2010

BAHAN PA BULAN MARET 2010-GKJW JEMAAT WARU

bahan : Kejadian 12:1-3; Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8.

Dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Ada tiga hal penting, diantara banyak hal yang berhubungan dengan kepemimpinan Kristen yang perlu mendapat perhatian yaitu antara lain:
1. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen.
2. Dasar Teologi Kepemimpinan Kristen.
3. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas kehendak Allah yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk pelayanan memimpin yang ditandai oleh adanya kapasitas memimpin dan tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja) sehingga mencapai tujuan bagi, serta melalui kelompok umat ini. Dengan demikian harus memiliki kesadaran diri sebagai yang telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati.
Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah, Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai “pelayan-hamba” dan “mengutamakan pengabdian”. Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “tindakan/kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk memerankan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen adalah dengan memiliki dasar etika-moral yang dilandaskan atas fakta dan dinamika “penjelmaan” Yesus Kristus yang memiliki wujud kebenaran pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup serta adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat tindakan/kerja baik secara individu maupun kelompok
Perwujudan dasar etika-moral kepemimpinan kristen di atas haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin kristen secara nyata dalam setiap tataran hidup, diantaranya bertanggung jawab (Ibrani 13:17), sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17), menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8), memiliki motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Referensi ayat
(Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16).
(Makus 10:42-45).
(Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11).
(Lukas 4:18-19)

RINGKASAN KHOTBAH BAHASA JAWA – 21 MARET 2010 DI GKJW WARU JAM 08.00

WAOSAN :
1. Yesaya 43 : 16 – 21
2. Filipi 3 : 8-14
3. Yokanan 8 : 2 - 11

• Waosan ingkang sepindah ngengetaken kadospundi katresnane Gusti tumrap bangsa Israel saweg wonten ing tawanan Babil.
• Bangsa Israel nampeni pawartos rahayu, awit sesampunipun mratobat, bangsa Israel mboten namun kapulihaken sacara fisik kemawon, nanging ugi kaanyaraken malih gesang karohanenanipun, sesambungan kaliyan Allah kabikak malih.
• Allah mboten kepingin bangsa Israel tansah kemutan sedaya perkawis ingkang sampun kalampahan saweg wonten ing tlatah pambucalan, nanging supadosa mandeng perkawis-perkawis enggal ingkang badhe kalampahan.
• Samubarang ingkang enggal badhe kacawisaken Allah, wujude katresnane Allah ngewahi bangsa Israel tumuju babagan Enggal wonten ing kahanan punapa kemawon.
• Inggih kados mekaten ingkang kedah kitho lampahi, sampun ngantos kitha tansah enget-enget sedaya prekawis saderengengipun, nanging tumrape putrane Allah, kitha nggadahi keyakinan bilih Allah sampun nyawisaken samubarang ingkang enggal, sedaya perkawis ingkang condong kaliyan kersane Allah kemawon ingkang badhe kalampahan.
• Kadosdene napa ingkang sampun dipun alami kaliyan Saul ingkang salajengipun nggadahi asma Paulus.
• Tiyang ingkang tangsah sengit dumateng pandereke Gusti Allah.
• Nanging justru langkung tiyang punika Allah nedahaken lajeng migunakaken tiyang punika lemebet dateng pakaryane Allah.
• Raos sengit dumateng pandereke Allah ingkang kaanggep “perkawis ingkang leres” miturut saul kala semanten katedahaken bilih punika lepat.
• Allah ngengetaken dumateng Saul lan ngewahi tiyang ingkang swaunipun senget dados remen dumateng panderek lan pakaryane Allah.
• Kitha kaengetaken malih kadospundi, saul saweg mutusakenaken dados pandereke Gusti ingkang kedah mbucal sedaya perkawis ingkang mbingahaken sacara duniawi.
• Saul pitados sanadyan kedah kicalan sedaya ingkang ngremenaken, nanging badhe angsal gesang langgeng ingkang mboten badhe cuthel ing alam ndonya kemawon, nanging kalajengaken kabingahan punika wonten ing swarga.
• Sanes perkawis ingkang gampil tumrape Paulus rikala semanten.
• Babak enggal wonten ing gesange Rasul Paulus punapa saget dipun percados kaliyan tiyang kathak rikala semanten?
• Semanten ugi tamtu kathak tiyang ingkang gumuyu lan nyukuraken, gesang ingkang swaunipun kebak panguwasa, kawibawaan sarta sarwa komando samubarang kacawisaken, nanging sapunika kedah lemebet dados tiyang ingkang tangsah paring peladosan kathi patrap ingkang sae, andap asor, menika wujude tantangan.
• Nanging wujude anugrah ingkang arupi pangapunten lan kamardikan punika sampun dumawah wonten ing pribadi Saul, saengga tamtu mboten badhe lumampah piyambakan.
• Allah sampun ndodosaken sedayanipun punika enggal, sampun enget perkawis-perkawis lami, Paulus mandeng perkawis-perkawis enggal.
• Semanten ugi prastawa ingkang wonten ing griya pamujan saweg Gusti Yesus memucal tiyang kathah, Para ulama, tiyang Farisi punika mbektho tiyang estri ingkang kacepeng lampah bandrek.
• Miturut torat tiyang kados mekaten punika kedah dipun benturaken ing sela.
• Ing griki sejatosipun, tiyang kathak sampun mangertosi bilih tiyang estri punika kedah dipun ukum, nanging wonten pitakenan, tiyang jaleripun pundi?, kenging punapa dipun bektho dumateng Yesus kok mboten dipun bektho kemawon dumateng panguwasa rikala semanten, prajurit, jeksa lan sapitunggale.
• Tujuan utami para ulama, tiyang Farisi kalawau namung kepingin nyoba kadospundi tanggapanane Yesus.
• Respon Yesus punika, linuwihi alur pamikirane tiyang kathak kala semanten
• Kathi paring pitedah: ayat 7 : ingkang saged paring paukuman dumateng tiyang estri punika namun ingkang mboten rumaos nggadahi dosa kemawon.
• Karana sedaya ngakeni nggadahi dosa, saengga mboten wonten ingkang mbnturi sela dumateng tiyang estri kalawau.
• Sumangga kitho raosaken langkung lebet malih, zaman nabi Musa, Gusti Allah mbungkuk wonten ing radi sinai ingkang nyerat kaping kalih (dua loh batu) kitan torat, inggih kados mekaten Gusti Yesus nyerat ambal kaping kalih
• Yesus tumungkul yerat ing siti sakderenge paring respon tumrap pitakene para ulama, wujude bilih tiyang ingkang nglanggar punika kedah dipun pidata kados piwucale taurat, nanging Yesus paring mepaki bilih ingkang saged paring puukuman namun tiyang ingkang rumaos suci langkung rumiyin
• Lajeng Gusti Yesus nyerat wonten ing siti ingkang kaping kalih lan nuwuhaken pangandika dumateng tiyang estri kalawau kados kaserat wonten ing ayat 10-11
• Gesang dipun paringaken dening Gusti Allah dumateng tiyang estri malih “wiwit saiki aja gawe dosa maneh”, ateges aja dieling-eling parastawa iku mandeng ing ngarep lumampah ing margi ingkang leres.
• Sampun cetha, bilih saking prastawa punika nedhahaken bilih rawuhe Gusti Yesus mboten badhe mbucal Torat nanging njangkepi
• Kadospundi tumrap kitha, punapa kitha kedah nglokro tumrap sadaya ingkang sampun dumawah/kalampahan ing gesang kitha ingkang mboten ngremenaken tamtunipun?
• Gusti Allah nedhahaken supados kitho mboten ngenget-ngenget prekawis lami ingkang sampun kalampahan, nanging Gusti kepingin bilih kitho putrane Allah, ingkang tansah dipun tresnani Gusti mugi tansah ningali perkawis gesang enggal ingkang dipun paringaken dening Gusti wonten ing gesang kitha sami.
• Gusti Allah mboten namun ngengetaken tiyang ingkang dereng wanuh dumateng Gusti kemawon kadosdene tumrap saul, nanging Gusti ugi ngengetaken tiyang-tiyang ingkang sampun apal torat lan rajin anggenipun mujudaken pangibadah kadosdene para ulama tiyang Farisi kala semanten.

Bahan PA Bulan April 2010 : Keluarga Yang Harmonis

Bacaan : Markus 3 : 24 – 35

Terwujudnya keluarga yang harmonis berasal dari sebuah pernikahan yang memuaskan yang dibangun diatas prinsip-prinsip yang terbukti esensial bagi perkembangan setiap hubungan suami istri yang hangat dan penuh kasih.
Keluarga merupakan komunitas hidup sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Keluarga terbentuk melalui ikatan perkawinan atau oleh hubungan darah. Ada yang disebut keluarga inti, dimana anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Ada juga keluarga yang anggotanya tidak hanya terdiri dari keluarga inti tetapi didalamnya terdiri dari kakek-nenek, cucu kemenakan dan sebagainya. Apapun jenisnya keluarga itu, tidak dapat disangkal bahwa lingkungan yang paling dekat dengan kita adalah keluarga kita sendiri.
Setiap keluarga memiliki suasana dan kebiasaan sendiri-sendiri. Kalau kita mengamati sebuah keluarga yang menyangkut hubungan antara anggotanya, akan terlihat apakah suasananya hangat, damai, akrab, intim, kompak, bersatu, saling mencintai, saling mendukung, saling merindukan, terbuka, jujur, komunikasi lancar, mau berkorban satu sama lainnya, saling percaya, berlaku adil, saling menghargai, saling membantu, saling melindungi dan lain sebagainya, itu merupakan suasana dalam keluarga yang utuh atau keluarga yang bahagia, sedangkan yang sebaliknya : tegang, saling benci, menjengkelkan, tidak betah, meresa rumah bagai penjara, dingin, saling mendiamkan, saling curiga, sering bertengkar, tidak rukun, pergi tanpa pamit, tidak peduli satu sama lain, saling membiarkan, hanya memikirkan diri sendiri, dendam, menuntut terlalu banyak, marah-marah, berantakan dan lain sebagainya.
Bagaimanapun dan apapun suasana sebuah keluarga hendaknya tetap ada pemahaman bahwa semua anggotanya memiliki andil didalamnya. Suasana itu bukan sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan banyak sumber dan ditentukan oleh kehadiran setiap dari anggota keluarga. Satu pertanyaan untuk mendapatkan perhatian perenungan, apa yang dapat dilakukan anggota keluarga untuk memperbaiki suasana keluarga supaya menjadi keluarga yang harmonis, atau meningkatkan suasana baik yang sudah ada yang sudah terbangun sebelumnya?
Bacaan kita dengan tegas menunjukkan bahwa ” .. dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan ”. Apapun suasana keluarga kita saat ini, maka satu usaha bahwa jangan sampai keluarga kita menjadi pecah, mari kita pertahankan supaya tetap bertahan. Cara yang terbaik bagi kita adalah dengan tetap mengedepankan Tuhan, artinya melakukan kehendakNya saja, maka kita akan menjadi keluarga Allah. Serahkanlah semua permasalahan, dosa kita kepadanya sebab dengan jelas firman Tuhan mengatakan ” Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."(Markus 3: 28-29).