Jumat, 19 November 2010

PERSEMBAHAN YANG SEJATI

BACAAN : ROMA 12:1-2

Kasih Allah yang begitu ajaib di dalam Kristus Yesus itu mengubah segala sesuatu dalam kehidupan kita untuk menjadi lebih baik. Paulus mengatakan “Karena itu demi kemurahan Allah, yaitu demi semua yang sudah kita lihat, yaitu betapa kedahsyatan dosa yang membuat manusia menuju kepada kebinasaan yang kekal, kasih Allah yang begitu ajaib dalam Kristus Yesus, karena itu aku menasehatkan kamu untuk mempersembahkan tubuhmu. Ini artinya jelas menunjukkan bagaimana respons yang seharusnya kalau kita mengerti kemurahan hati Allah, kita mengerti Bapa yang menunggu dari hari ke hari untuk kita kembali kepadaNya. Maka kita tidak menyia- nyiakan anugerah Allah yang seperti demikian tetapi justru kehidupan kita yang sudah diubahkan itu dipersembahkan sebagai satu respons kepada Tuhan yang telah mengasihi kita.
Ungkapan “karena itu” menunjukkan satu penekanan kepada konsekuensi logis. Karena sesuatu yang terlebih dahulu telah dinyatakan, konsekuensi logis dari semua kemurahan Allah yang begitu besar yang telah memberikan AnakNya, maka kita harus mempersembahkan diri kita. Kalimat “ibadah yang sejati” berkonsekuensi logis bahwa persembahan ibadah itu adalah sebagai sesuatu yang masuk akal, artinya kalau kita telah mengalami kemurahan hati Allah yang begitu luar biasa, kalau kita telah mengerti bagaimana kasih Allah begitu besar datang berkorban bagi kita, maka dengan begitu kita bisa lebih mengerti, untuk bisa memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai suatu respons. Di dalam konteks Natal kita dapati orang Majus yang mencari raja yang telah lahir, dan waktu mereka melihat bintang itu kemudian mereka berjumpa dengan Yesus, mereka menyembah Dia. Siapa yang mau menyembah seorang Anak kecil seperti itu? Mereka datang menyembah dan mereka mempersembahkan persembahan mereka yang terbaik. Apa artinya kita lihat di sini? Kalau orang Majus yang hanya berjumpa dengan Yesus yang masih anak itu menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik, Amat berdosalah orang yang sudah melihat karya Kristus, yang sudah mati di kayu salib, yang bangkit dari antara orang mati, naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, lalu kemudian tidak menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik untukNya. Maka kata Paulus dengan jelas, tahu dirilah. Jangan seperti orang Israel, semakin diberkati semakin kurang ajar, semakin diberkati semakin tidak tahu diri.
Penggunaan kata “menasehatkan” dan “mempersembahkan tubuh” adalah gabungan dua kata kerja yang menunjukkan kata perintah. Di sinilah Paulus memerintahkan kita sekali untuk seterusnya kita mempersembahkan tubuh kita, tidak ada lagi cadangan buat kita tetapi betul-betul kita mau ada buat Tuhan kapan saja. Tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kristus tidak ada penghukuman bagi kita, itu adalah kemurahan Allah yang luar biasa. Dan demikian apapun dan bagaimanapun kehidupan kita, ketelanjangankah, penganiayaankah, kuasa-kuasa yang lain, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Karena itu biar kita mempersembahkan diri kita satu kali untuk selamanya dan kita tidak akan pernah menjadi kecewa.
Bagaimanapun persembahan diri kita adalah ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati ini maksudnya ibadah yang rohani, ibadah yang spiritual itu mempunyai arti keduanya yaitu sangat masuk akal karena kemurahan Allah dan sebagai sesuatu yang bersifat spiritual karena kita mempersembahkan tubuh kita yang sudah mati dan bangkit bersama Kristus. Kita bukan mempersembahkan tubuh kita yang berdosa, tetapi tubuh yang telah ditebus oleh darah Kristus, yang ditebus bukan dengan emas atau perak tetapi oleh darah Anak Domba yang mahal dan yang tidak bernoda dan tidak bercacat itu. Dalam karya Kristus itulah diri kita yang telah diperbaharui ini kita persembahkan sebagai persembahan rohani. Artinya, di sini bukan persembahan yang mati, bukan persembahan yang seperti binatang-binatang dalam “Kitab Perjanjian Lama”, tetapi di sini adalah satu kehidupan rohani kita yang sudah diperbaharui, dipersembahkan sebagai satu persembahan yang kudus dan yang berkenan kepada Dia.
Tuhan berkenan kepada persembahan seorang janda yang hanya dua peser. Bukan soal apa yang dipersembahkan tetapi bagaimana dia persembahkan yaitu seluruh hidupnya yang dia persembahkan. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria akan datang waktunya penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran. Yaitu suatu sikap kehidupan yang nyata yang diberikan kepada Tuhan, yang kudus dan yang berkenan. Sehingga janganlah karena kita nama Allah dihujat. Alangkah celakanya kalau kita dengar orang menghujat Tuhan karena gereja yang tidak karu-karuan. Persembahan yang kudus, yang berkenan kepada Allah, itu jelas. Sama sebagaimana orang Majus yang memberikan yang terbaik itu, demikian persembahan yang kita berikan for all dari dasar tahu diri kita persembahan dengan kudus dan tidak bercacat, tidak bercabang hati, dengan segenap hati mempersembahkan hidup kita.
Marilah kita persembahkan yang terbaik bagi Tuhan yaitu hidup kita. Bukan soal apa yang kau berikan tetapi bagaimana engkau memberikannya, dengan hati yang bagaimana kita memberikan hidup kita bagi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar