Senin, 06 Juli 2015

GEREJA YANG MEMILIKI SEMANGAT “TRANSFORMATIF – KONSTRUKTIF”

PERSIAPAN PERJAMUAN KUDUS “PEMBANGUNAN GKJW” BAGI MAJELIS GKJW JEMAAT WARU. 7 JULI 2015 BACAAN: 2 KORINTUS 8: 13-14 Salah satu hasil pergumulan dalam sidang majelis agung ke-111 tahun 2015, tertuang dalam pesan sidang yang demikian : Kami mengajak semua jemaat agar senantiasa mengikut kehendak Yesus Kristus dan teladanNya dalam setiap kiprah pelayanan. Teladan Yesus Kristus itu kiranya menghidupi spiritualitas pelayanan di jemaat, MD, dan MA GKJW dalam memenuhi panggilan yang telah Tuhan berikan kepada GKJW dapat dijalani dengan baik, karena masing-masing bagian saling menopang dan bahkan saling menguatkan.(“sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan” – 2 Korintus 8:13-14). Keteladanan Kristus memiliki beberapa dampak yang tidak hanya dipandang sebagai upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang percaya kepadaNya saja, melainkan juga bagi mereka yang belum percaya kepadaNya. Pendekatan yang dipakai Tuhan Yesus Kristus dalam mengajarkan kehendak dan keteladananNya adalah “transformatif konstruktif”. Sebuah upaya menjadikan orang lain mengubah pola hidup yang lebih baik dengan kesadaran diri yang mandiri. Seseorang tersentuh secara pribadi untuk segera memiliki sebuah kerinduan sebagai tahapan awal yang kemudian dijadikan “budaya hidup” yang diharapkan tidak akan pernah luntur dengan mudah walaupun ada banyak cobaan hidup yang menimpanya. Budaya hidup “transformatif konstruktif” hendaknya terus dihidupkan dan sekaligus sebagai pondasi kehidupan Kristen bagi semua gereja, dalam hal ini adalah semua pribadi jemaat. Penerapan hidup yang demikianlah yang merupakan “kesejatian” memenuhi panggilan Tuhan. Sebuah kehidupan yang saling menopang dan saling menguatkan tanpa merasa menjadi “pahlawan bagi sesamanya”. Sehingga yang timbul kemudian adalah kerekatan hubungan dan kehangatan persaudaraan antar semua ciptaan Tuhan, utamannya sesama manusia yang sebenarnya semuanya adalah sasaran keselamatan Allah. Konsep hidup kristen selain sebagai penerima anugerah juga diberlakukannya sebagai penerima mandat yang kemudian dipahami sebagai teman sekerja Allah. Salah satu dari hak istimewa yang diberikan kepada kita adalah berbagi kasih dengan perwujudan menjaga keseimbangan antara melengkapi dan dilengkapi keterbatasan kita. Demikianlah peran jemaat yang adalah gereja secara makro untuk senantiasa menerima hak istimewa menjalankan peran sebagai teman sekerja Allah yang pada akhirnya semua ciptaan Allah menerima keselamatan dariNya. Dengan merenungkan bacaan kita hari ini, maka tersirat juga akan kendala yang senantiasa kita hadapi. Betapa berat dalam situasi seperti ini kita harus berbagi kasih, ada banyak orang, yang adalah juga sesama kita yang menyakiti kita, sehingga hal ini membuat kita memiliki pemahaman orang itu tidak layak menerima kasih apalagi keselamatan. Selain itu merasa diri sudah "mumpuni" dan bisa mengasah diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Padahal saat kita berbagi sebenarnya ada konsep terwujudnya keseimbangan, dengan sadar atau tidak sadar bahwa kita juga terpenuhi segala kekurangan kita. Semoga seluruh warga GKJW khususnya warga Jemaat Waru, senantiasa memiliki semangat “Transformatif-Konstruktif” dan menjadikannya sebagai budaya hidup kristen dalam menjalankan kehendak Allah. Pertolongan Tuhan yang memampukan kita semua. Selamat melayani Tuhan memberkati. Amin.