Bacaan Alkitab: Yeremia 11:1-17
(yohanes didik)
Pada umumnya, jika
ada dua pihak yang bersepakat dalam suatu perjanjian, tentu keduanya akan memegang
teguh perjanjian itu. Oleh karenadi setiap perjanjian itu pasti saling
menguntungkan kedua belah pihak, maka bila salah satu pihak melanggar
perjanjian, akan ada sanksi yang diberikan bagi pihak yang melanggarnya.Menjadi
menarik jika ada perjanjianantara dua belah pihak, dan salah satu pihak yang
paling diuntungkan, justru melanggar perjanjian terlebih dahulu. Inilah yang
terjadi dalam perjanjian antara Allah dan bangsa Israel.Muncul ketidaksetiaan
bangsa Israel terhadap perjanjian yang telah dibuatnya bersama Tuhan Allah.
Tuhan telah
menjalin perjanjian dengan bangsa Israel ketika Ia akan membebaskan mereka dari
Mesir, negeri yang membelenggu mereka dengan perbudakan bertahun-tahun lamanya.
Pada waktu itu, Tuhan memerintahkan Israel untuk mendengar dan menaati
firman-Nya. Dengan menyetujui perintah Tuhan itu, Israel telah masuk dalam
relasi perjanjian dengan Allah, mereka menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah
mereka. Namun sayang, Israel gagal untuk mendengar dan taat. Berulang kali,
dari generasi ke generasi, umat Allah melakukan hal itu meski sudah berulang
kali pula diperingatkan. Kenyataan itulah yang tidak mengherankan jika kemudian
Tuhan begitu sakit hati hingga Ia akan menimpakan malapetaka atas Israel.
Demikian juga Yeremia dilarang Tuhan untuk mendoakan mereka.Ini memperlihatkan
bahwa dosa-dosa Israel begitu keterlaluan sehingga Tuhan tidak berniat untuk
menarik hukuman-Nya. Seolah-olah Tuhan sudah tidak bisa berharap bahwa Israel
bisa berubah. Namun, seruan Allah kepada Israel melalui Yeremia, untuk
menyampaikan dan mengingat isi perjanjiandengan nenek moyangnya keseluruh
penjuru kota Yehuda dan Yerusalem, dan Ia memperingatkan terus menerus
(ayat6-7) supaya umat Israel senantiasa “mendengar suaraNya” adalah wujud
betapa Allah sungguh mengasihi bangsa yang dikasihi itu.
“Dengarkanlah
suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan
menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..” (ayat 4). Sebuah seruan kepada
nenek moyang Israel yang diingatkan kembali kepada generasi berikunya melalui
Yeremia, juga memiliki makna bahwa ada gerakan Allah untuk mematahkan
persepakatan jahat diantara mereka yang mengikuti allah lain dan beribadah
kepadanya. Sangat luar biasa ketika Yeremia, sebagai teman sekerja Allah dengan
respon yang sangat bermakna pasrah tetapi penuh dengan pengharapan “Begitulah
hendaknya, ya Tuhan!”
Kesetiaan dan
komitmen kita untuk setia kepada perintah Tuhan sering diperhadapkan dengan
berbagai hal yang menuntut kita untuk bertahan supaya tidak melanggar perintah
Tuhan. Seringkali dalam kehidupan rumah tangga, di tempat
kita berkarya kita tergoda untuk melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki
Tuhan. Kita tergoda mendapatkan kenikmatan duniawi melalui cara-cara yang tidak
sesuai dengan iman Kristen. Jika
demikian itu terjadi, maka biarkan kekuatan Roh Kudus melakukan “hak-karya
agungNya” mengingatkan akan janji Allah kepada bangsa pilihanNya, termasuk
orang-orang yang dikasihinya seperti kita, dengan melakukan tindakan yang
sangat menolong kita yaitu mengingatkan kita akan firman Tuhan, “Dengarkanlah
suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan
menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..”. Dari firman Tuhan ini,
setidaknya dipahami ada dua langkah yang kita tempuh. Langkah pertama,
dengarkanlah suaraNya, lakukanlah relasi yang harmonis dengan Tuhan, memahami
akan apa yang dikehendakiNya dalam hidup kita. Tahap kedua, tidak hanya
mendengar dan bahkan memohon, tetapi senantiasa ingat kita adalah teman sekerja
Allah, hendaklah kita melakukan kehendaknya untuk terealisasinya “Karya Agung
Allah” dalam setiap sisi kehidupan. Maka, konsekuensi logis yang akan kita
dapatkan, walaupun tidak kita minta sekalipun bahwa Allah mengakui kita sebagai
umatNya, sehingga segala apa yang kita perlukan pastilah akan terlengkapinya.
Kiranya kita semuasenantiasa
ingat akan janji semula kita dengan Tuhan dan berbalik menjadi setia akan
janji-Nya, kembali kepada komitmen pertama kali kita meninggalkan hidup dengan
cara-cara yang lama, hidup duniawi yang tidak berkenan oleh Tuhan dan
menggantikannya dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan
memuliakan-Nya.
Tuhan
memberkati kita, Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar