Senin, 28 Maret 2016

“Dengarkanlah suara-Ku ...!”

Bacaan Alkitab: Yeremia 11:1-17
(yohanes didik)

Pada umumnya, jika ada dua pihak yang bersepakat dalam suatu perjanjian, tentu keduanya akan memegang teguh perjanjian itu. Oleh karenadi setiap perjanjian itu pasti saling menguntungkan kedua belah pihak, maka bila salah satu pihak melanggar perjanjian, akan ada sanksi yang diberikan bagi pihak yang melanggarnya.Menjadi menarik jika ada perjanjianantara dua belah pihak, dan salah satu pihak yang paling diuntungkan, justru melanggar perjanjian terlebih dahulu. Inilah yang terjadi dalam perjanjian antara Allah dan bangsa Israel.Muncul ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap perjanjian yang telah dibuatnya bersama Tuhan Allah.
Tuhan telah menjalin perjanjian dengan bangsa Israel ketika Ia akan membebaskan mereka dari Mesir, negeri yang membelenggu mereka dengan perbudakan bertahun-tahun lamanya. Pada waktu itu, Tuhan memerintahkan Israel untuk mendengar dan menaati firman-Nya. Dengan menyetujui perintah Tuhan itu, Israel telah masuk dalam relasi perjanjian dengan Allah, mereka menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Namun sayang, Israel gagal untuk mendengar dan taat. Berulang kali, dari generasi ke generasi, umat Allah melakukan hal itu meski sudah berulang kali pula diperingatkan. Kenyataan itulah yang tidak mengherankan jika kemudian Tuhan begitu sakit hati hingga Ia akan menimpakan malapetaka atas Israel. Demikian juga Yeremia dilarang Tuhan untuk mendoakan mereka.Ini memperlihatkan bahwa dosa-dosa Israel begitu keterlaluan sehingga Tuhan tidak berniat untuk menarik hukuman-Nya. Seolah-olah Tuhan sudah tidak bisa berharap bahwa Israel bisa berubah. Namun, seruan Allah kepada Israel melalui Yeremia, untuk menyampaikan dan mengingat isi perjanjiandengan nenek moyangnya keseluruh penjuru kota Yehuda dan Yerusalem, dan Ia memperingatkan terus menerus (ayat6-7) supaya umat Israel senantiasa “mendengar suaraNya” adalah wujud betapa Allah sungguh mengasihi bangsa yang dikasihi itu.
“Dengarkanlah suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..” (ayat 4). Sebuah seruan kepada nenek moyang Israel yang diingatkan kembali kepada generasi berikunya melalui Yeremia, juga memiliki makna bahwa ada gerakan Allah untuk mematahkan persepakatan jahat diantara mereka yang mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya. Sangat luar biasa ketika Yeremia, sebagai teman sekerja Allah dengan respon yang sangat bermakna pasrah tetapi penuh dengan pengharapan “Begitulah hendaknya, ya Tuhan!”
Kesetiaan dan komitmen kita untuk setia kepada perintah Tuhan sering diperhadapkan dengan berbagai hal yang menuntut kita untuk bertahan supaya tidak melanggar perintah Tuhan. Seringkali dalam kehidupan rumah tangga, di tempat kita berkarya kita tergoda untuk melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Kita tergoda mendapatkan kenikmatan duniawi melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan iman Kristen.  Jika demikian itu terjadi, maka biarkan kekuatan Roh Kudus melakukan “hak-karya agungNya” mengingatkan akan janji Allah kepada bangsa pilihanNya, termasuk orang-orang yang dikasihinya seperti kita, dengan melakukan tindakan yang sangat menolong kita yaitu mengingatkan kita akan firman Tuhan, “Dengarkanlah suara-Ku dan lakukanlah segala apa yang Kuperintahkan kepadamu, maka kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu,..”. Dari firman Tuhan ini, setidaknya dipahami ada dua langkah yang kita tempuh. Langkah pertama, dengarkanlah suaraNya, lakukanlah relasi yang harmonis dengan Tuhan, memahami akan apa yang dikehendakiNya dalam hidup kita. Tahap kedua, tidak hanya mendengar dan bahkan memohon, tetapi senantiasa ingat kita adalah teman sekerja Allah, hendaklah kita melakukan kehendaknya untuk terealisasinya “Karya Agung Allah” dalam setiap sisi kehidupan. Maka, konsekuensi logis yang akan kita dapatkan, walaupun tidak kita minta sekalipun bahwa Allah mengakui kita sebagai umatNya, sehingga segala apa yang kita perlukan pastilah akan terlengkapinya.
Kiranya kita semuasenantiasa ingat akan janji semula kita dengan Tuhan dan berbalik menjadi setia akan janji-Nya, kembali kepada komitmen pertama kali kita meninggalkan hidup dengan cara-cara yang lama, hidup duniawi yang tidak berkenan oleh Tuhan dan menggantikannya dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan memuliakan-Nya.

            Tuhan memberkati kita, Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar