Selasa, 18 Maret 2014

Pergumulan Antara Hari Sabat dan Hari Minggu

Pergumulan Antara Hari Sabat dan Hari Minggu Bacaan : 1. Kejadian 2: 1-3 2. Lukas 6: 1-5 Sebuah pergumulan terkadang muncul dalam pembicaraan ringan warga jemaat tentang “apakah hari Sabat adalah hari Minggu?” Berbagai ungkapan penafsiran seringkali kita dengar dengan pandangan dari sudut pandang yang beragam tergantung kepada latar belakang penafsirnya. Secara Etimologi, hari “Sabat” yang artinya istirahat, adalah hari terakhir dari pekan, yaitu Sabtu. Hari Sabtu, yaitu hari ketujuh dalam pekan (Kejadian 2;1-3; Keluaran 20:8-11). Nabi Yesaya mengatakan “hari Sabat sebagai hari kenikmatan”(Yesaya 58:13, 14). Sedangkan hari “Minggu” adalah hari Ahad, ahad adalah kesatu, hari pertama dalam pekan. Sekilas kita mengingat tentang kebiasaan orang Babilon menyembah Dewa Matahari pada hari pertama, yang kemudian diikuti oleh orang-orang Israel, dan cara ini sangat menyakitkan hati Tuhan (Yehezkiel 8:16, 17). Pada awal pertumbuhan Kekristenan, orang Yahudi mendapat banyak tekanan dan aniaya dari kaisar Roma. Untuk menarik simpati dari rakyat dan kaisar, gereja mengadakan semacam aliansi dengan beribadah pada hari “suci bangsa Romawi”, yaitu hari Minggu, hari pertama pada pekan, karena pada hari itu orang Romawi mengadakan pemujaan kepada dewa Matahari. Tepatnya perubahan hari “kudus Allah” ini ialah pada tanggal 7 Maret 321 AD; seorang kaisar Roma, Flavius Valerius Aurelius Constantine, yang juga dikenal dengan nama Constantine the Great mengeluarkan satu undang-undang yang berlaku untuk semua penduduk di wilayah perkotaan agar tidak melakukan pekerjaan pada hari Minggu. Dalam undang-undang ini ia menekankan nama “Matahari” sebagai ilah. Seluruh rakyat harus berhenti dari pekerjaannya pada hari Matahari. Orang yang tidak mentaati undang-undang ini akan dibunuh, kecuali para petani. Mengingat hubungan yang harmonis telah tercipta pada waktu lalu, maka dapat dipastikan bahwa untuk menjaga semua hal ini, Paus (gereja) mendukung sepenuhnya UU Constantine. Dukungan Paus terlihat jelas ketika Konsili di Laodekia pada tahun 336 AD., gereja telah membuat suatu keputusan yaitu menyetujui UU ini, dan melarang orang bekerja pada hari Minggu. Pada satu ketika orang Farisi mempermasalahkan tindakan para murid Yesus memetik gandum pada hari Sabat. Melihat pola pikir mereka yang senantiasa mempersalahkan, Yesus mengecam cara mereka menguduskan hari Sabat yang kaku dengan berkata: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Markus 2:27, 28). Pada bagian ini Yesus ingin menegaskan kepada orang Farisi bahwa cara mereka menguduskan hari Sabat itu salah. Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat, dan cara Yesus menguduskan hari Sabat itulah yang benar, dan bukan versi mereka. Ada yang mengklaim bahwa perintah dari Constantine “mengubah” Sabat dari hari Sabtu ke hari Minggu. Pada hari apakah gereja mula-mula berkumpul untuk beribadah? Alkitab tidak pernah menyebut orang-orang percaya berkumpul untuk bersekutu atau beribadah pada hari Sabat (Sabtu) manapun. Namun demikian, ada ayat-ayat yang dengan jelas menyebut hari pertama dalam minggu itu. Contohnya, Kisah Rasul 20:7 menjelaskan bahwa “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti” (Kisah 20:7). Dalam 1 Korintus 16:2 Paulus menasihati orang-orang percaya di Korintus “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah” (1 Korintus 16:2). Karena Paulus menyebut persembahan ini sebagai ”pelayanan” dalam 2 Korintus 9:12, pengumpulan ini pastilah berhubungan dengan ibadah Minggu dari jemaat Kristen. Secara historis, Minggu, bukan Sabtu, adalah hari di mana biasanya orang-orang Kristen berkumpul di gereja, dan kebiasaan ini dapat ditelusuri kembali sampai abad pertama. Hari Sabat diberikan kepada Israel, bukan kepada gereja. Hari Sabat tetap adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu dan tidak pernah diubah. Namun Sabat adalah bagian dari Hukum Taurat Perjanjian Lama, dan orang-orang Kristen bebas dari belenggu Hukum Taurat (Galatia 4:1-26; Roma 6:14). Orang Kristen tidak perlu memelihara “keramat Sabat”, baik itu Sabtu ataupun Minggu. Hari pertama dalam minggu itu, hari Minggu, hari Tuhan (Wahyu 1:10) memperingati ciptaan baru di mana Kristus adalah Pemimpin kita yang sudah bangkit. Kita sekarang bebas mengikuti Kristus yang bangkit – melayani. Rasul Paulus mengatakan bahwa masing-masing orang Kristen harus memutuskan apakah akan beristirahat pada hari Sabat, “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Roma 14:5). Hari Minggu memang menggantikan Sabat sebagai hari istirahat dan berkumpulnya jemaat, tetapi bedanya Sabat sabtu berfungsi sebagai perbuatan baik dalam ritual Taurat yang kalau dilanggar adalah dosa, sedangkan hari Minggu adalah hari berkumpul bagi umat Kristen yang dengan sukacita merayakan hari kebangkitan Yesus yang telah menang atas dosa dan maut dan telah memerdekakan mereka dari perhambaan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar