BACAAN :
ROMA 12:1-2
Kasih Allah di
dalam Kristus Yesus itu mengubah segala sesuatu dalam kehidupan kita untuk menjadi
lebih baik. Paulus mengatakan “Karena itu...” menunjukkan satu penekanan kepada tanggapan
yang masuk akal. Karena sesuatu yang terlebih dahulu telah dinyatakan, maka
kita harus mempersembahkan diri kita. Kalimat “ibadah yang sejati” memiliki pemahaman bahwa persembahan
ibadah itu adalah sebagai sesuatu yang masuk akal, artinya kalau kita telah
mengalami kemurahan hati Allah yang begitu luar biasa, kalau kita telah mengerti
bagaimana kasih Allah begitu besar datang berkorban bagi kita, maka dengan begitu
kita bisa lebih mengerti, untuk bisa memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai
suatu respon baik kita.
Memahami
bagaimana orang Majus yang mencari raja yang telah lahir, kemudian mereka
berjumpa dengan Yesus. Mereka menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik.
Kalau orang Majus yang hanya berjumpa dengan Yesus yang masih anak itu
menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik, bagaimana dengan orang yang
sudah melihat karya Kristus dalam kehidupannya, lalu kemudian tidak
mempersembahkan yang terbaik untukNya? Penggunaan kata “menasehatkan” dan
“mempersembahkan tubuh” adalah ungkapan yang menunjukkan perintah. Di sinilah
Paulus memerintahkan kita sekali untuk seterusnya mempersembahkan tubuh kita,
tidak ada lagi cadangan buat kita
tetapi seluruhnya dan kapan
saja untuk Tuhan. Karena itu, kita mempersembahkan diri kita satu kali untuk
selamanya dan kita tidak akan pernah menjadi kecewa.
Tuhan berkenan
kepada persembahan seorang janda yang hanya dua peser. Bukan soal apa yang
dipersembahkan tetapi bagaimana dia mempersembahkan, yaitu seluruh hidupnya
yang dia persembahkan. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria akan datang
waktunya penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah di dalam roh dan
kebenaran. Yaitu suatu sikap kehidupan nyata yang diberikan kepada Tuhan, yang
kudus dan yang berkenan. Sama sebagaimana orang Majus yang memberikan yang
terbaik itu, demikian persembahan yang kita berikan adalah persembahan yang
kudus dan tidak bercacat, tidak bercabang hati, dengan segenap hati
mempersembahkan hidup kita. Marilah kita
persembahkan yang terbaik bagi Tuhan yaitu hidup kita. Bukan soal apa yang kita
akan berikan tetapi bagaimana kita memberikannya.
Bahan Refleksi
1. Bagaimana
dengan kita, apakah yang selama ini kita persembahkan merupakan “Persembahan tubuh kita seutuhnya” kepada Tuhan?
2. Dengan
hati yang bagaimana kita memberikan hidup kita bagi Tuhan?
3. Adakah
diantara kita ingin menyampaikan tekad mempersembahkan dengan persembahan yang
kudus dan tidak bercacat, tidak bercabang hati kepada Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar