Bacaan : Yunus 2:1-10
Niniwe adalah
ibukota Asyur, bangsa yang dimusuhi dan yang sangat dibenci bangsa Israel. Lokasinya
di Timur laut Mesopotamia di sungai Tigris. Tuhan menyuruh Yunus pergi ke kota
Niniwe, Ia harus memberitahukan kepada penduduk kota itu bahwa mereka akan
dihukum. Namun Yunus berusaha lari dari perintah Tuhan itu. Dari antara semua
tempat yang bisa dikunjungi Yunus karena diutus Allah, Niniwe mungkin adalah
tempat tersulit. Bagi Yunus, bahayanya bukan hanya karena Niniwe adalah sebuah
kota yang jahat, tetapi masih tersisa kepedihan dalam hati dan pikiran Yunus
bahwa bangsa Israel pernah terkalahkan sekitar tahun 722 sebelum Masehi.
Kesepuluh suku Israel yang dibuang dari daerah masing-masing, seluruhnya
dimusnahkan, dan tidak pernah terdengar lagi.
Dalam bacaan
kita hari ini, kita diingatkan bagaimana Yunus yang telah diselamatkan Allah
dari kedalaman Laut. Sangat menarik untuk kita renungkan saat Yunus masih dalam
perut ikan, artinya masih berada dalam lokasi yang sangat dalam. Yunus memakai
gambaran sedang berada di dunia orang mati, dimana diyakini oleh orang Israel
kuno bahwa tempat itu terletak di bawah laut, yang dalam bahasa Ibrani disebut
“syeol”. Yunus merasakan kesunyian yang tidak pernah teralami sebelumnya. Ia
merasa seolah-olah terpisah dari Allah secara jasmani dan rohani. Ia merasa
terlempar jauh ke dalam liang di bawah bagian laut yang terdalam dan jauh dari
Bait Allah. Namun bagi Tuhan, disini luar biasanya, tidak ada jarak jasmani
yang terlalu jauh bagi-Nya untuk mendengar doa Yunus. Di bagian akhir doanya
Yunus berseru (ayat 9), ada keyakinan yang sangat kuat dan itu yang terjadi. Maka
ketika Yunus diselamatkan, tindakan awal yang dilakukannya adalah ucapan
syukurnya. Sebagai penerapan pertumbuhan imanya bahwa Allah sanggup
menyelamatkannya.
Catatan menarik
untuk kita renungkan, doa Yunus tidaklah panjang namun penuh makna. Curahan hati
yang penuh kejujuran dalam rangkaian kalimat yang memancar dari hati nuraninya.
Anugerah itu didapatkan Yunus dari Tuhan karena wujud doanya adalah penuh
kesungguhan, doanya juga berjiwakan pengampunan dosa serta pengucapan syukur.
Tiga pondasi utama dalam hakekat doa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar